KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“KONSEP KEHILANGAN”
tepat pada waktunya.Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih
Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.Semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan siapa saja yang membacanya.
Palembang, Maret 2010
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
a.Latar Belakang............................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
a.Definisi kehilangan......................................................................................
b.Tipe dan sumber kehilangan......................................................................
c. Teori dari Proses Berduka(angel) ..............................................................
d.Reaksi dan Interverensi terhadap
kehilangan berduka................................
BAB III
a. ASKEP BERDUKA
DISFUNGSIONAL................................................
BAB IV PENUTUP
a.Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KONSEP KEHILANGAN DAN BERDUKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahir,
kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan
istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk
dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat
dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju.
Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan
kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut
dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan
persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang
tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan
klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu
klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka
sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien
tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat
besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah
realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian
besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan
dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika
hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi
mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama
kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
1.2 Permasalahan
Adapun
permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini, adalah:
- Tujuan umum
- Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.
- Mengetahui asuhan keperawatan pada kehila.ngan dan berduka disfungsional
- Tujuan khusus
- Mengetahui jenis-jenis kehilangan.
- Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.
- Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kehilangan
2.1.1 Definisi kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan
bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus
atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian
tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian
atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan
individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi
tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan
Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh
setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu
yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu
keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau seluruhnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan,
tergantung:
1.Arti dari kehilangan
2.Sosial budaya
3.kepercayaan spiritual
4.Peran seks
5.Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
1.Arti dari kehilangan
2.Sosial budaya
3.kepercayaan spiritual
4.Peran seks
5.Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
2.1.2 Sumber Kehilangan
1.Kehilangan objek luar2.Kehilangan lingkungan yang dikenal
3.Kehilangan orang yang berarti
4.Kehilangan salah satu aspek dari dirinya
5.Kehilangan semangat hidup
2.1.3 Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
2.1.4 Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan,
yaitu:
- Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai
dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling
membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus
ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak
kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri
atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat
ditutupi.
- Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan
adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini
meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan
mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri
mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang
dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia
muda, fungsi tubuh.
- Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal
misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau
pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang
hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
- Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan
terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar
belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen.
Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
- Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati
baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya,
sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang
kematian.
2.1.5 Rentang Respon Kehilangan
Denial—–> Anger—–> Bergaining——>
Depresi——> Acceptance
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
2.2 Berduka
2.2.1 Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan
terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah,
cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun
yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
2.2.2 Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat
dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah
alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien
dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami
kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku
dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1.
Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses
berduka mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang
sedang berduka maupun menjelang ajal.
- Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau
kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan.
Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung
cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
- Fase II (berkembangnya kesadaran)
- Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
- Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk
sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap
tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk
mengalihkan kehilangan seseorang.
- Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang
negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat
menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
- Fase V
Kehilangan yang tak dapat
dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang.
2.Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan
oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5
tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi
apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi
pada saya!” umum dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin
“bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali
tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa
kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
c) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat
perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada
tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul
dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi
kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial
berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu
menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau
berputus asa.
3.Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan
5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat
diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang
mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari
kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin
berlanjut sampai 3-5 tahun.
4.Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan
respon berduka menjadi 3 katagori:
1.Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock,
menyangkal dan tidak percaya.
2.Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan
emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan
mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
3.Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara
bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional
dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan
kehidupan mereka.
PERBANDINGAN
EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
|
|||
ENGEL
(1964)
|
KUBLER-ROSS
(1969)
|
MARTOCCHIO
(1985)
|
RANDO
(1991)
|
Shock dan
tidak percaya
|
Menyangkal
|
Shock and
disbelief
|
Penghindaran
|
Berkembangnya
kesadaran
|
Marah
|
Yearning and
protest
|
|
Restitusi
|
Tawar-menawar
|
Anguish,
disorganization and despair
|
Konfrontasi
|
Idealization
|
Depresi
|
Identification in bereavement
|
|
Reorganization
/ the out come
|
Penerimaan
|
Reorganization
and restitution
|
akomodasi
|
BAB III
ASKEP BERDUKA DISFUNGSIONAL
Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
Diagnosa keperawatan:
Berduka disfungsional
Definisi: sesuatu
respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang dirasakan dimana individu
tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka untuk suatu periode waktu yang
terlalu lama, atau gejala berduka yang normal menjadi berlebih-lebihan untuk
suatu tingkat yang mengganggu fungsi kehidupan.
Kemungkinan Etiologi
(“yang berhubungan dengan”)
- Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk individu
- Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan multiple yang belum terselesaikan)
- Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan
- Tidak adanya antisipasi proses berduka
- Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan konsep kehilangan.
Sasaran/Tujuan
Sasaran jangka pendek
Pasien akan mengekspresikan
kemarahan terhadap konsep kehilangan dalam 1 minggu.
Sasaran jangka panjang
Pasien akan mampu menyatakan
secara verbal perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap-tahap berduka
yang normal. Pasien akan mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka
sehingga ia mampu dengan langkahnya sendiri terhadap pemecahan masalah.
Intervensi dengan
Rasional Tertentu
*Tentukan pada tahap berduka mana pasian
terfiksasi. Identifikasi perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap ini.
Rasional
Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting
untuk perencanaan keperawatan yang efektif bagi pasien yang berduka.
*Kembangkan hubungan saling percaya dengan
pasien. Perlihatkan empati dan perhatian. Jujur dan tepati semua janji
Rasional
Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan
yang terapeutik.
*Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara terbuka
Rasional
Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda
yakin bahwa ia merupakan seseorang pribadi yang bermakna. Rasa percaya
meningkat.
*Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa
marah. Jangan menjadi defensif jika permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan
kepada perawat atau terapis. Bantu pasien untuk mengeksplorasikan perasaan
marah sehingga pasien dapat mengungkapkan secara langsung kepada objek atau
orang/pribadi yang dimaksud.
Rasional
Pengungkapan secara verbal
perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam dapat membantu pasien
sampai kepada hubungan dengan persoalan-persoalan yang belum terpecahkan.
*Bantu pasien untuk
mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan berpartisipasi dalam
aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola voli,dll)
Rasional
Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan
efektif untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam.
*Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang
normal dan perilaku yang berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk
mengerti bahwa perasaan seperti rasa bersalah dan marah terhadap konsep
kehilangan adalah perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses berduka.
Rasional
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar
yang berhubungan dengan berduka yang normal dapat menolong mengurangi beberapa
perasaan bersalah menyebabkan timbulnya respon-respon ini.
*Dorong pasien untuk meninjau hubungan
dengan konsep kehilangan. Dengan dukungan dan sensitivitas, menunjukkan realita
situasi dalam area-area dimana kesalahan presentasi diekspresikan.
Rasional
Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan
mampu menerima baik aspek positif maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum
proses berduka selesai seluruhnya.
- Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal yang dapat diterima. Menggunakan sentuhan merupakan hal yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan pasien.
2.Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya
sebagai usaha untuk menentukan metoda-metoda koping yang lebih adaptif terhadap
pengalaman kehilangan. Berikan umpan balik positif untuk identifikasi strategi
dan membuat keputusan.
Rasional
Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan
mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
10. Dorong pasien untuk
menjangkau dukungan spiritual selama waktu ini dalam bentuk apapun yang
diinginkan untuknya. Kaji kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai
kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang
- Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.
- Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.
- Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang
dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan
individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.Berduka
merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua
tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun
yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau
nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan
seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat
dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri
sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler- rose,1969.h.51,membagi respon
berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan
penerima.
DAFTAR
PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
stikes.fortdekock.ac.id
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
cre : 06 PSIK USK
makalah askep konsep kehilangan download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar