Sabtu, 03 November 2012

Askep DHF ( Dangue Haemorrhagic Fever )


ASKEP
DHF ( Dangue Haemorrhagic Fever )


A.    Konseop Dasar Medik
1.      Definisi
Dangue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita (Christantie Effendy, SKP) Perawatan Pasien DHF 1995.

2.      Anatomi
Darah
Suatu Jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada benyaknya O2 dan CO2 didalamnya.
Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan bernapas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran / metabolime didalam tubuh.
Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung dan selama berada dalam pembuluh darah maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluh darah maka ia akan menjadi neku kedalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan / sitras natrikus. Dan keadan ini sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk tranfusi darah.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan ½ berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekita 55%nya adalah cairan, sedangkan 45 % sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematoktit atau volume sel darah yang dopadatkan yang berkisar antara 40 sampai dengan 47.
Diwaktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan oskotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Susunan darah : Serum darah atau plasma terdiri dari :
Air                   : 91,0 %
Protein             : 8,0 % (albumin, globulin, protrombin, dan fibrielogen).
Meneral           : 0,9 % (Natrium Khlorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan besi dan seterusnya.
Sisanya diisi olehs ejumlah bahan organik yaitu glukoese lemak, urea, asam urat, kreatinin, kholesterol dan asam amino.
Plasma juga berisi :
Gas – Oksigen dan karbon dioksida
Enzim dan
Antigen
Sel darah terdiri dari toge jenis :
Eritrosit atau sel darah merah
Lekosil atau sel darah putih, dan
Trombosit atau butir pembeku.
Sel darah merah / eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, sekung pada kedua sisinya, sehingga dilihta dari samping nampak seperti 2 buah blan sabil yang saling bertolak belakang. Dalam setiap melimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah.
Kalau dilihat warnanya kuning tua pucat strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma berisi massa hemaglobin.
Sel darah merah dibentuk didalam sum-sum tulang, terutama tulang, dari tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujuang tulang pipa dan dari sum-sum dalam dabatang 19a-19a dan dari sternum.
Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dab dihancurkan dalan sistema retikuloendotelial, terutam dalam limpa dan hati. Globin dari hemaglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalm jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi.
Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin. (pigmen kuning0 dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut 100 %. Dalam beberapa bentuk anemia parah, kadar itu bisa dibawah 30 % atau 5 gram setiap 100 ml.
Golongan darah kalau darah dari golongan yang bertentangan ditranfusikan akan mengakibatkan bahan dalam plasma yang bernama agglutinin menggumpal dan juga terjadi hemolisisi (memecahnya) sel darah merah.
Sistem ABO menurut landsteiner didasatkan atas adanya angglutinin dalam darah. Empat golongan utama yang ditemukan adalah :
Golongan AB ada pada 3.0 %
Golongan A ada pada 42.0 %
Golongan B ada pada 8.5 %
Golongan O ada pada 46.55 %
(Menurut penyelidikan pada rakyat Inggris)

Dipandang dari donor darah :
Golongan AB dapat memberi darah pada AB
Golongan A kepada A dan AB
Golongan B kepada B dan AB
Golongan O adalah donor umum untuk semua golongan.
Resipien
Golongan AB adalah resipien umum
Golongan A dapat menerima dari golongan A dan O
Golongan B dapat menerima dari golongan B dan O
Golongan O dari O

Sel darah putih warnanya bening dak tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap melimeter kubik darah terdapat 6.000 sampai dengan 10.000 (rata-rata 8000) sel darah putih.
Granulosit atau sel folimorfonuklear merupakan hampir 75 % dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan pratoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit.
Kekurangan granulosit disebut granulositopenia. Tidak adanya granulosit dsebut agnanulositosis yang dapat timbul setelah makan obat tertentu, termasuk beberapa antibiotika.
Sel netrofil paling banyak dijumpai warnanya netral, atau campuran perwarna asan dan basa, dan tambah berwarna ungu.
Sel eosinofil paling sedikit dijumpai.s el ini menyerupai pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah. Limfosit membentuk 25 % dari seluruh sel darah putih. Selain itu sel-sel berukuran lebih besar (kira-kira sebanyak 5 % yang disebut monosit.
Fungsi sel darah putih ialah granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. Melalui mikroskop dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit.
Leukositosis ialah istilah yang menunjukkan penambahan jumlah keseluruhan sel putih dalam darah, yaitu kalau penambahan melalui 10.000 butir per milimeter kubik.
Leukopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5000 / kurang.
Limfositosis ialah petumbuhan jumlah limfosit.
Agranulositosis ialah suatu penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfonuklear secara menyokol.
Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah, terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimeter kubik darah.

Sel darah merah          4.500.000 – 5.500.000            Rat-rata 5.000.000
Sel darah putih            6.000 – 10.000                        Rata-rata 8.000

            Granulosit
Rata-Rata

Persen
Persen
Ssel netrofil
Sel eosinofil
Sel basofil
Limfosit (besar dan kecil)
Monosit
60 – 70
1 – 4
½ - 2
20 – 30
4 – 8
66
3
1
25
5

Jumlah 100

Trombosit        250.000 – 500.000      Rata-rata 350.000
                                   
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali.
Fungsi plasma, plasma bekerja sebagai medium (perantara) untuk penyalurkan makanan, meneral, lemak, glukose dan asam amino kejaringan, juga merupakan medium untuk mengangkat bahan buangan uream, asam urat dan sebagian dan learbon dioksida.
Protein plasma albumin dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 q albumin dalam setiap 100 ml darah. Fungsinya ada tiga :
a.       Bertanggung jawab atas tekanan osmotik yang mempertahankan volume darah.
b.      Banyak zat khususnya beredar dalam gabungan dengan albumin.
c.       Menyediakan protein untuk jaringan.
Globulin dalam keadaan normal ada 2 – 3 q glubulin dalam setiap 100ml darah.
Fibrinogen penting untuk koagulasi (penggumpalan) darah. Reaksi plasma darah, darah selalu bersifat alkalik, kadar alkalinya tergantung dari konsentrasi ion – hidrogen dan ini dinyakatan dengan PH darah.
PH sebesar 7 berarti                larutan netral
PH dari 7 sampai 1                  larutan asam
PH dari 7 sampai 14                larutan alkali
Akan terlihat bahwa PH 7 adalah natural netral PH datah adalah 7.35 – 7.45.
Proses penggumpalan dapat dinyatakan dalam rumus:
Protombin + kalsium + trombokinase             = Trombin
Tronabin + Fibrinagen                                     = Fibrin
Fibrin + sel darah                                            = Penggumpalan

Trombus adalah penggumpalan yang terbentuk dalam sirkulasi darah. Bila penggumpalan ini melewati jantung dan masuk paru-paru melalui salah satu arteri pulmonaris, maka sebuah pembuluh kecil atau besar dapat tersumba dan terjadilah emboli paru-paru.

3.      Fisiologi
Penularan virus-virus dengue, virus berkembang didalam nyamuk selama 8 – 10 hari sebelum ditularkannya ke manusia.
4.      Etiologi
Virus dengue merupakan bagian dari famili flaviviridae. Keempat serotipe virus dengue disebut DEN I – DEN 2, dapat dibedakan dengan metode serologi. Virus-virus dengue menunjukkan banyak karakteristik yang sama dengan flavivirus lain, mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh nukleokapsid ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid. Virionnya mempunyai diameter kira-kira 50 nm. 
Genom flavivirus mempunyai panjang kira-kira 11 kb (kilobases), dan urutan genom lengkap dikenal untuk mengisolasi keempat serotipe, mengkode nukleokapsip atau protein inti (C), protein yangberkaitan dengan membran (M), dan protein membungkus (E) dan tujuh gen protein nonstruktural (NS). Urutan dari pengkodean protein adalah 5 –C – Pr M (M) – E - NS I – NS 2 A - NS2B - NS3 - NS4A - NS4B – Ns5 – 3.

Vektor :
Ae Aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan dibumi, bisanya antara garis lintang 35 U dan 35C, kira-kira berhubungan dengan musim dingin isoterm 10 C. Distribusi Ae Aegypti dibatasi oleh ketinggian 1000 m te;ah dilaparkan ketinggian 1221 m di India pada 2200 m dikombia, dimana suhu rerata 17 C. Pada ketinggian 2400 dieritrea.

5.      Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra sluler.
Hal pertama yang setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah veremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang memungkinkan terjadi seperti, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepotomegoli) dan pembesaran limpa (splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volum plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan 9syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hemotokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru gagal jantung sebaliknya jaika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan mengalami renjatan. Jika renjakan atau hipolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, sperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.

6.      Penatalaksanaan DHF
Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau kematian jika terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di rumah sakit (terutama pendeita DHF derajat II, III, IV). Penderita sebaiknya dipisahkan dari pasien penyakit lain dan di ruang yang bebas nyamuk (berkelambu).

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagi berikut :
a.       Tirah baring atau istirahat baring.
b.      Diet makan 1 anak.
c.       Minum banyak (2-2,5 liter / 24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d.      Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NACl faali) ringer laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na+ 130 mEg/liter dan Ca++ 2 mEg/liter,
e.       Monitor tanda-tanda vital tipa 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f.       Periksa Hb, Ht dab trombosit setiap hari.
g.      Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipron (kolaborasi dengan dokter) juga pemberian kompres dingin.
h.      Monitor tanda-tanda pendarahan lebih lanjut.
i.        Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter).
j.        Monitor tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k.      Bila timbul kejang dapat diberikan deazepam (kolaborasi dengan dokter).

Pada penatalaksanaan penderita dengan DHF diperlukan tindakan-tindakan perawatan invasif seperti pemasangan infus, pengambilan darah vena dan arteri, kompres dingin, uji turniket dan pemasangan NGT jika perlu.
a.       Pemasangan Infus
Tujuan untuk pemberian cairan melalui intravena. Daerah pemsangan infus adalah vena sefalika, vena mediana kubit, vena mediana antebrakial, vena adialis.
Bilavena mengalami trombosis maka akan menyebabkan aliran infus tak lancar atau bahkan terhenti. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan kompres dengan alkohol pada bagian plebitis dengan terlebih dahulu mengkaji apakah pasien memiliki alergi pada aklkohol atau tidak, perhatikan tetesan cairan yang masuk bila aliran terhenti segera hentikan pemberian cairan intravena.
b.      Kompres Dingin
Tujuan melakukan kompres dingin adalah untuk mengatasi hipertensi (menurunkan suhu tubuh).
c.       Pengambilan Darah Vena
Tujuan adalah untuk pemeriksaan kimia atau hematologi darah.
Hal yang harus diperhatikan saat pengambilan darah yaitu tekanan daerah tusukan jarum atau tempat pengambilan darah dengan kapas alkohol untuk menghentikan perdarahan (pasien dengan DHF mempunyai masa pedarahan yang panjang dan mengalami (trombositopenia).
d.      Pengambilan Darah Arteri
Tujuannya adalah untuk pemeriksaan anlisa gas darah dengan menambahkan heparin ke dalam darah yang akan diperiksa.
e.       Pemasangan NGT
Pemasangan NGT pada pasien DHF ditujukan untuk mengeluarkan cairan lambusng pada perdarahan saluran pendcernaan atas.
f.       Uji Turniket
Dilakukan untuk mengalami adanya perdarahan pada dibawah kulit. Hasilnya dikatakan positif jika tampak adanya petekie atau bintik-bintik merah di bawah kulit.
Uji turniket ini dinyatakan positif bila 7,84 cm2 didapat lebih dari 20 bintik-bintik (WHO, 1975).



B.     Konsep Dasar Keperawatan
1.      Pengkajian Data Terfukos
a.       Pola Persepsi Kesehatan dan Pengetahuan Kesehatan
-          Keadaan lingkungan tempat tinggal serta kebersihan rumah.
-          Keadaan rumah.
-          Riwayat demam sebelum dirawat.
b.      Pola Nutrisi Metabolik
-          Riwayat mual, muntah dan hematemesis.
-          Adakah demam.
-          Kemampuan mengunyah, menelan.
-          Kemampuan menghabiskan makanan.
c.       Pola Eliminasi
-          Adakah riwayat diare, hematuri.
-          Adakah riwayat milena.
-          Konsistensi dan diare.
d.      Pola Aktivitas dan Latihan
-          Kaji kemampuan aktivitas yang dapat dilakukan.
-          Badan terasa lemas, epiteksis.
-          Lemah, lesu, lelah.
e.       Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
-          Apakah ada keluhan, misalnya pusing.
-          Adapah ada kelauhan diperut.

2.      Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan DHF antara lain sebagai berikut :
a.       Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungandengan proses penyakit (viremia).
b.      Nyeri berhubungan dengan proses pertologis penyakit.
c.       Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d.      Potensial terjadi perdarahan intrabdominal berhubungan dengan trombositopenia.

3.      Rencana Tindakan
DP I    Peningkatan suhu tubuh (bipertermia) berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Hasil yang diharapkan :
-          Suhu tubuh yang normal (36 – 37 ºC)
-          Pasien bebas dari demam

Rencana tindakan :
1)      Mengkaji saat timbulnya demam
Rasional    : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2)      Mengobservasi tanda-tanda vital ; suhu, nadi, tensi, pernapasan setiap 3 jam atau lebih sering.
Rasional    : Merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3)      Memberikan penjelasan pada pasien / keluarag tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan pasien / keluarga keoperatif.
Rasional    :  Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit. 
4)      Mengajurkan pasien untuk banyak minum + 2,5 liter/24 jam dan jelaskan menfaatnya bagi pasien.
Rasional    :  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi denganasupan cairan yang banyak. 
5)      Memberikan kompres dingin (pada daerah axilla dan lipat paha).
Rasional    : Kompres dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh.
6)      Mengajurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional    :  Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
7)      Mencatat asupan dan keluaran.
Rasional    :  Untuk mengetahui adanya ketidak cairan tubuh.
8)      Memberikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter (masalah kolaborasi).
Rasional    : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh. Pemberian cairan merupakan wewenang dokter sehingga perawat perlu berkoraborasi dalam hal ini.

DP II   Nyeri berhubungand engan proses patologis penyakit.
Hasil yang diharapkan :
-          Rasa nyaman pasien terpenuhi.
-          Nyeri berkurang atau hilang.

Rencana tindakan :
1)      Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10), biarkan pasien menentukan tingkat nyeri yang dialaminya, tetapkan tipr nyeri yang dialami pasien, respons pasien terhadap nyeri yang dialami.
Rasional    :  Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. 
2)      Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhada nyeri (budaya, pendidikan, dan lain-lain).
Rasional    :  Reaksi pasien terhadp nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
3)      Memberikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional    : Untuk mengurangi rasa nyeri.
4)      Memberikan obat-obatan analgetik (kolaborasi dokter).
Rasional    : Obat-obatan analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.


DP III             Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual. Muntah, anoreksia.
Hasil yang diharapkan :
-          Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan / dibutuhkan.

Rencana tindakan :
1)      Mengkaji keluhan mual, sakit menelan dan makan yang dialami oleh pasien.
Rasional    :  Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2)      Memberikan makan yang mudah ditelan seperti ; bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat.
Rasional    :  Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karenamudah ditelan. 
3)      Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuasi sering.
Rasional    :  Untuk menghindari mual dan muntah.
4)      Menjelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional    :  Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
5)      Memberikan unpanbalik positif saat pasien mau berusaha menghabiskan makanannya.
Rasional    : Memotivasi dan meningkatkan semangat pasien.
6)      Mencatat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional    :  Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien. 
7)      Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter).
Rasional    :  Nutrisi parenteral sangat bermanfaat / dibutuhkan pasien terutama jika intake per oral sangat kurang. Jenis dan jumlah pemberian nutrisi perenteral merupakan wewenang dokter. 


8)      Memberi obat-obat antasida (anti emetik) sesuai program dokter.
Rasional    :  Obat antasida (anti emetik) membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah. Dengan pemberian obat tersebut diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
9)      Mengukurberat badan pasien setiap hari (bila mungkin).
Rasional    :  Untuk mengathui status gizi pasien.

DP IV             Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Hasil yang diharapkan :
-          Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut (secara klinis).
-          Jumlah trombosit meningkat.

Rencana tindakan :
1)      Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang diserta dengan tanda-tanda klinis.
Rasional     :  Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tehap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (nyata) seperti epistaksis pertikie dan lain-lain.
2)      Berikan penjelasan tentang pengaruh trombosit openia pada pasien.
Rasional    : Agar pasien / keluarga mengatahui hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan karena trombosit openia.
3)      Monitor jumlah trombosit tiap hari.
Rasional    : Dengan jumlah trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahi tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dapat dialami pasien.
4)      Dianjurkan pasien untuk banyak istirahat.
Rasional    :  Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
5)      Berikan penjelasan pada pasien / keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut, seperti hematemesis, melena, epistaxis.
Rasional    : Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan (nyata) akan membantu pasie mendapatkan penanganan sedini mungkin.
6)      Jelaskan obat-obat yang diberikan dan manfaat serta akibatnya bagi pasien.
Rasional    : Dengan mengetahui obat-obatan yang diminum dan manfaatnya maka pasien akan termotivasi untuk mau minum obat sesuai dosis atau jumlah yang diberikan.

4.      Implemantasi
a.       Melaksanakan prosedur keperawatan.
b.      Melakukan observasi.
c.       Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).
d.      Melaksanakan program pengobatan.

5.      Evaluasi
a.       Meningkatkan pasien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain.