Kelainan
Pada system Reproduksi
Vulva
• Hymen Infervorata: Himen yang tidak berlubang Diketahui
setelah menarche Darah dapat menumpuk di vagina, uterus dan tuba Dapat teraba
sebagai tumor kistik di abdomen bawah dan dirasakan nyeri. Dari vagina terlihat
tidak tampak lobang menonjol dan kebiruan. Pengobatan:Himenektomi Bila
diketahui sebelum menarce maka dilakukan observasi saja sampai anatomi semakin
jelas.
• Atresia labia minora: Atresia kedua labium minus Akibat
membrana urogenitalis yang tidak menghilang.terdapat lubang untuk pengeluaran
darah haid dan kencing di belakang klitoris. Masih mungkin bisa hamil.
Hipertrofi labium minus Labium minus tumbuh berlebih.tidak ada terapi khusus
dan tidak mengganggu reproduksi Duplikasi vulva Jarang ditemukan.Kalau ada
biasanya terdapat kelainan berat lainnya sehingga bayi tidak bisa hidup.
• Hipoplasia vulva:Hipoplasia vulva Ditemukan bersamaan
dengan genitalia interna yang kurang berkembang.Terjadi pada keadaan
hipoestrogenisme, infatilisme. Ciri sex sekunder juga tidak berkembang. “Vulva
mencerminkan keadaan ovarium” Kelainan Perineum Bayi tidak beranus, anus
bermuara ke saluran genitalia, dan saluran air kencing dan feses pada satu
lubang .
Pengobatan
kelainan pada vulva
Pembedahan pada kasus kelainan vagina harus selalu berpegang
pada tujuan pembedahan secara umum, yaitu menghilangkan keluhan penderita,
menghilangkan keadaan patologi, mengembalikan fungsi organ tersebut, dan
memperhatikan estetik.
Sebagai contoh, pada kelainan vagina berupa himen
imperforata atau septum vagina transversal yang menghalangi keluarnya darah
haid perlu segera dilakukan eksisi. Akan tetapi, bila kelainan berupa agenesis
vagina maka perlu diperhatikan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan
seperti faktor emosi penderita dan keluarganya, waktu melakukan tindakan, serta
jenis pembedahan yang dipilih. Adapun jenis pembedahan pada kelainan pada
vagina :
1. Labia, bila terlalu lebar dilakukan labiaplasti, bila
sobek dilakukan reparasi, dan kalau adhesi dilakukan insisi.
2. Vagina :
- Himen imperforata dilakukan eksisi
- Septum vagina dilakukan insisi dengan pemasangan mold
untuk 4-5 hari untuk septum longitudinal dilakukan eksisi saja kalau
diperlukan.
- Agenesis vagina dilakukan vaginoplasti dengan graf selaput
amnion.
- Adhesi dinding vagina karena didapat dilakukan
vaginoplasti dengan mold.
- Penonjolan dinding belakang vagina (rektokel) dilakukan
kolporafi posterior.
- Pelebaran mulut vagina dilakukan kolpoperineografiplasti.
- Fistula dilakukan reparasi atau fistuloplasti.
Vagina
• Septum Vagina: Septum vagina Akibat gangguan fusi atau
kanalisasi kedua duktus muleri Pada persalinan dapat robek atau perlu diguntung
dan diikat bila berdarah @plasia dan atresia vagina Duktus muler berfusi tapi
tidak membentuk kanal.teraba sebagai jaringan yang tebal saja.tidak ada vagina,
pada lubang masuk seperti cekungan saja.
• Aplasia dan Atresia Vagina:Kegagalan perkemabangan duktus
Muller, Vagina tak terbentuk dan lobang vagina hanya lekukan kloaka.
• Kista Vagina:Kista Vagina Sisa duktus muler Sisa duktus
garner di anterolateral vagina Pengobatan dengan pengangkatan UTERUS dan Tuba
fallopii Uterus: Uterus septus dan subseptus Dua uterus: Bikornis bikoli
Bikornis uni kollis Uterus arcuatus Uterus terdiri 2 bagian yang tidak simetris
Ovarium: Tidak ada ovarium Ovarium tambahan Sistim Genitalia dan sistim
Tr.Urogenitalis: Karena hubungan pertumbuhan dekat maka kelainan dapat mengenai
keduanya.Termasuk kloaka persisten, ekstrofi kandung kencing, klitoris terbagi
dua
Uterus dan Tuba Valopii:
§
Tuba
Dapat terjadi atresia parsiil tapi lebih sering tuba panjang
dan sempit(hypoplasia).Keadaan yang terakhir mangurangi fertilitas atau dapat
menimbulkan kehamilan ektopik.
§
Uterus
Kelainan pada uterus biasanya disebabkan karena saluran
Muller tidak tumbuh atau karena persatuan saluran Muller tidak terjadi.
* Uterus duplex(uterus didelphys):saluran Muller tidak
bersatu sehingga terjadi dua uterus dan dua vagina
* Uterus(duplex)bikornis:uterus ada 2 tetapi dinding cervix
yang medial bersatu.Dapat menimbulkan kelainan letak seperti letak sungsang
yang tidak dapat diversi
* Uterus bicornis unicollis:Corpus uteri 2 tapi cervik hanya
satu
Uterus septus dan
subseptus:terdapat septum pada uterus yang lengkap§ atau sebagian.Dapat menimbulkan abortus,kelainan letak atau
retention placenta.
Uterus
arcuatus:persatuan terjadi tetapi fundus tetap lebar,dapat menyebabkan letak
lintang.§
Pertumbuhan kembar
yang asimetris:dapat terjadi cornu yang rudimenter§ yang dad hubungannya dengan kavum uteri atau sama sekali
tidak ada hubungan dengan cavum uteri.Dapat menimbulkan haematomtre atau
kehamilan ektopik
Pendarahan
Uterus Abnormal
Secara umum, penyebab perdarahan uterus abnormal adalah
kelainan organik (tumor, infeksi), sistemik (kelainan faktor pembekuan), dan
fungsional alat reproduksi.
* Hipermenore
Hipermenore adalah perdarahan haid yang jumlahnya banyak,
ganti pembalut 5-6 kali per hari, dan lamanya 6-7 hari. Penyebabnya adalah
kelainan pada uterus (mioma, uterus hipoplasia atau infeksi genitalia interna),
kelainan darah, dan gangguan fungsional. Keluhan pasien berupa haid yang
banyak. Pada setiap wanita berusia 35 tahun harus dilakukan kuretase diagnostik
untuk menyingkirkan keganasan.
* Hipomenore
Hipomenore adalah perdarahan haid yang jumlahnya sedikit,
ganti pembalut 1-2 kali per hari, dan lamanya 1-2 hari. Penyebabnya adalah
kekurangan estrogen & progesteron, stenosis himen, stenosis serviks uteri,
sinekia uteri (sindrom Asherman). Sinekia uteri didiagnosis dengan histerogram
atau histeroskopi.
* Metroragia
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak
berhubungan dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan
siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu
basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma
endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen
eksogen.
* Menoragia
Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah
darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini sama dengan
hipermenorea.
* Amenore
Bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore,
diluar amenore fisiologik. Penyebabnya dapat berupa gangguan di hipotalamus,
hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium) dan vagina. Kasus-kasus yang
harus dikirim ke dokter ahli adalah adanya tanda-tanda kelaki-lakian
(maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat bawaan, uji estrogen &
progesteron yang negatif, adanya penyakit lain (tuberkulosis, penyakit hati,
diabetes melitus, kanker), infertilitas atau stress berat.
Anamnesis yang perlu dicari adalah usia menars, pertumbuhan
badan, adanya stress berat, penyakit berat, penggunaan obat penenang,
peningkatan atau penurunan berat badan yang mencolok. Pemeriksaan ginekologik
yang dilakukan adalah pemeriksaan genitalia interna / eksterna. Pemeriksaan
penunjang berupa uji kehamilan dan uji progesteron.
ENDOMETRIOSIS
Endometrium :
- Lapisan dalam dinding kavum uteri, norrmal tidak terdapat
di tempat lain.
- Endometrium terdiri atas jaringan ikatt / stroma dan
sel-sel selapis kubis yang
berproliferasi dan menebal setelah haid lalu runtuh pada
saat haid.
- Siklus endometrium juga dipengaruhi olleh poros
hipotalamus-hipofisis-ovarium.
- Puncak LH hipofisis terjadi 24-36 jam sebelum ovulasi.
- Estradiol dihasilkan sel teka interna folikel dan pasca
ovulasi sel teka tersebut
berubah menjadi sel lutein yang menghasilkan progesteron.
Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan
stroma endometrium di luar uterus. Atau terdapatnya kelenjar atau stroma
endometrium di tempat / organ lain selain dinding kavum uteri.
Patogenesis endometrium diterangkan oleh beberapa teori
diantaranya teori histogenesis, teori metaplasia coelomik dan teori induksi.
Teori histogenesis menerangkan bahwa endometriosis terjadi
akibat adanya regurgitasi tuba epitel menstruasi – implantasi jaringan
endometrium pada tempat abnormal tersebut. Faktor determinasi yang diperkirakan
abnormal adalah regurgitasi darah haid / menstruasi retrograd (darah haid yang
tidak keluar melalui serviks mengalir ke tuba – ovarium dan keluar ke rongga
peritoneum) kemudian tumbuh berkembang karena organ yang ditempati tidak
mengadakan reaksi penolakan (karena bukan benda asing / antigen).
Teori histogenesis : transplantasi, metastasis limfatik /
vaskuler. Faktor determinasi adalah respon imunologik yang rendah, faktor
genetik, status hormon steroid dan hormon pertumbuhan.
Teori metaplasia coelomik : menerangkan pertumbuhan
endometrium di vagina padah`l tidak ada hubungan vaskularisasi antara keduanya.
Diperkirakan primer berasal dari sisa jaringan yang terdapat sejak perkembangan
embrionik (saluran Muller). Demikian juga pada organ-organ yang berasal dari
saluran Muller lainnya.
Teori induksi : lanjutan dari teori metaplasia, diperkirakan
faktor biokimia endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak
berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium.
Pasca Operasi Uterus
(Misalnya miomektomi atau seksio sesar) dapat terjadi
lapisan endometrium melekat atau terjahit dengan miometrium kemudian tumbuh
menjadi endometriosis.
Teori yang diterima akhirnya adalah patogenesis
multifaktorial : genetik, imunologi, endokrin dan mekanik.
(Endometriosis : “the disease of many theoris in gynecology”
seperti halnya dengan pre eklampsia pada obstetri)
Kemungkinan lokasi endometriosis :
- Endometriosis interna : dibagian lain uterus misalnya
serviks dan isthmus.
- Endometriosis eksterna : di luar uteruus.
- Adenomiosis : endometrium di dalam lappisan miometrium.
- Endometrioma : endometrium dalam ovariium – kista coklat.
- Pada organ / tempat lain misalnya di ppermukaan / dinding
usus, cavum Douglasi,ligamen-ligamen, dan sebagainya. Jaringan endometrium
ektopik ini
berproliferasi, infiltrasi dan menyebar ke organ-organ
tubuh. Ditemukan 20-25 % pada laparatomi pelvis.Terbanyak ditemukan pada usia
30-40 tahun.
Pertumbuhan endometrium di tempat lain dapat menimbulkan
reaksi inflamasi. Pada haid dapat menimbulkan sakit hebat karena :
- Perdarahan intraperitoneal.
- Perlengketan (tertahan pada pergerakann).
- Akut abdomen.
Endometriosis peritoneum :
- Warna merah (aktif/baru) atau coklat hhitam (sudah lisis)
atau putih (fibrosis).
- Dapat hipervaskuler (lesi aktif) atau avaskuler (lesi baru
atau fibrosis).
- Permukaan rata atau menonjol atau iregguler.
- Letak superfisial (di permukaan organ / peritoneum) atau
profunda (invasif ke
organ).
Lokalisasi sering :
- Ovarium, biasanya bilateral (65%).
- Lapisan serosa uterus, peritoneum pelvvis.
- Kolon sigmoid / kavum Douglasi, ligameentum sakrouterinoma
/ latum, tuba
Fallopii.
- Vagina, serviks, dan usus.
- Paru, mukosa vesika uterina / saluran kemih, umbilikus,
ginjal dan kaki (jarang).
Gejala dan tanda klinik :
- Nyeri pelvis / abdomen difus pada lokaasi tertentu.
- Teraba nodul atau nyeri pada ligamentuum sakrouterina,
dinding belakang uterus dan cavum Douglasi.
- Gerakan terbatas & nyeri pada genitaliia interna.
- Uterus retroversi dan terfiksasi.
- Teraba massa tumor dan nyeri tekan di adneksa.
- Dinding forniks posterior vagina memenndek.
Pemeriksaan penunjang diagnostik :
- Ultrasonografi : gambaran bintik-bintiik salju
- Laparatomi / laparaskopik.
- Assay Ca 125.
Penampilan endometriosis :
- Infertilitas primer (26-39 %)
- Infertilitas sekunder (12-25 %)
- Nyeri panggul kronik (4-65 %)
- Dismenorhea (7-32 %)
- Massa / kista ovarium (10-35 %)
- Bercak / spotting pre menstruasi (35 %%)
- Nyeri akut abdomen, ileus obstruktif, kolik ureter
(jarang).
Selain itu sering terdapat keluhan dispareunia, tumor
pelvik, gangguan haid, nyeri perut saat defdkasi (diskezia) dan nyeri pinggang.
Diagnosa banding : tumor ovarium, mioma multipel, karsinoma
rektum, penyakit radang panggul dan metastasis tumor di cavum Douglasi.
Klasifikasi Endometriosis Acosta 1973:
1. Ringan :
- Endometriosis menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau
posterior cavum
Douglasi / permukaan ovarium / peritoneum pelvis.
2. Sedang :
- Endometriosis pada 1 atau kedua ovarium disertai parut dan
retraksi atau
endometrioma kecil.
- Perlekatan minimal juga di sekitar ovarium yang mengalami
endometriosis.
- Endometriosis pada anterior atau posterior cavum Douglasi
dengan parut dan
retraksi atau perlekatan tanpa implantasi di kolon sigmoid.
3. Berat :
- Endometriosis pada 1 atau 2 ovarium ukuran lebih dari 2 x
2 cm2.
- Perlekatan 1 atau 2 ovarium / tuba fallopii / cavum
Douglasi karena
endometriosis.
- Implantasi / perlekatan usus dan / atau traktus urinarius
yang nyata.
Penatalaksanaan Endometriosis
Prinsip :
- Terapi medikamentosa untuk supresi horrmon.
- Intervensi surgikal untuk membuang impplant endometriosis.
Objektif :
- Kontrol nyeri pelvik kronik (terapi obbat saja).
- Penatalaksanaan infertilitas (terapi oobat dan
pembedahan).
- Penataksanaan endometrioma (terapi pemmbedahan).
- Tumor ekstragenital / ekstrapelvik (teerapi obat dan
pembedahan).
- Pencegahan kekambuhan (terapi optimaliisasi pra bedah).
- Penatalaksanaan asimptomatik (obat horrmonal / non
hormonal), bedah.
Pengobatan hormonal :
- Progesteron : MDPA
- Danazol (17-alfa-etinil-testosteron)
- Kombinasi estrogen-progesteron : pil kkontrasepsi.
- Anti progestasional : etilnorgestrienoon / gestrinon.
- Agonis GnRH : leuprolid asetat, gosereelin, buserelin
asetat, nafarelin, histrelin,
lutrelin.
Efek yang diharapkan :
- Progesteron (medroxyprogesteron) : dessidualisasi dan
atrofi endometrium serta
inhibitor gonadotrofik yang kuat.
- Kombinasi estrogen / progesteron (pil kontrasepsi) :
“pseudo pregnancy”,
desidualisasi dan pertumbuhan endometrium diikuti atrofi
endometrium.
- Antiprogestasional : anti progestogeniik dan estrogenik
melalui aktivasi degradasi
enzim lisosomal sel.
- GnRH agonist : menyebabkan kadar estroogen menurun seperti
pada saat
menopause.
- Testosteron : mensupresi LH & FSH, mennghambat
pertumbuhan endometriosis.
- Untuk terapi nyeri dapat digunakan inhhibitor
prostaglandin-sintetase.
Obat yang sekarang banyak dipakai dan dikembangkan : agonis
GnRH.
Mekanismenya : suplai hormon – internalisasi – dikenali oleh
mRNA – sintesis protein.
GnRH : hormon untuk menghasilkan gonadotropin.
Agonis GnRH : regulasi luluh reseptor GnRH pada sel
gonadotropin hipofisis.
- Penekanan sekresi dan sintesis FSH dann LH hipofisis.
- Supresi ovarium : hambatan pematangan folikel dan hambatan
produksi estradiol.
Diharapkan hipoestrogenisme akan menghambat pertumbuhan
berlebihan jaringan endometriosis.
Selama sekitar 24 minggi, GnRH agonis akan memberikan efek :
1. Amenorhea
2. Gangguan reseptor estrogen (misalnya payudara mengecil).
3. Gangguan psikis atau neurologis.
4. Gangguan dalam hubungan seksual.
Pengobatan surgikal : untuk membersihkan fokus / implant
endometriosis.
Permasalahan seputar endometriosis :
- Prevalensi – faktor predisposisi.
- Mekanik (peningkatan tekanan intraabdoominal /
intrauterin, pencetus regurgitasi.
- Implantasi pasca retrograd menstruasi..
- Imunitas.
- Perlindungan terhadap kesehatan kerja : efisiensi,
kenyamanan kerja.
- Peningkatan biaya pengobatan / perawattan kesehatan
(health-cost maintenance).
- Masalah kesehatan reproduksi di masa ddepan.
Pencegahan :
- Tidak menunda kehamilan.
- Tidak melakukan kerokan / kuret pada wwaktu haid.
- Pemeriksaan ginekologi teratur.
. Diagnostik untuk Menegakkan Diagnosis
1. Anamnesis : tanyakan keluhan-keluhan yang berhubungan
dengan fungsi utama vagina di samping keluhan-keluhan lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan ginekologi dengan teliti dan cermat serta
sistematik dari luar sampai kedalam vagina
4. Pemeriksaan colok dubur untuk mengetahui sfingter ani,
tonusnya, serta jarak anus dengan vagina dan tonus fasia rekto vagina.
5. Pemeriksaan khusus : pemeriksaan genetik (kromosom dan
seks kromatik), pemeriksaan USG, dan pemeriksaan IVP.
Ovarium
Dysgenesi ovarium:Walaupun susunan kromosom normal
kadang-kadang terjadi gambaran seperti pada dysgenesi XO.Apakah ovarium prier
tidak terbentuk ataukah kemudian mengalami degenerasi tidak diketahui.Dengan
sendirinya hormone ovarium sangat kurang dan hal ini mengakibatkan alat genital
yang infantile.
Gejala :
o Biasanya penderita pendek jalannya
o Pterygium colli
o Genetalia infantile
o Rambut sekunder dan pertumbuhan mamae tidak ada
o Amenorrhoe primer
Terapi : pemberian esterogen