Selasa, 17 Januari 2012

makalah askep Diabetes Insipidus


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat ramhat dan karuniNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan Mediakal Bedah, yang berjudul ”Diabetes Insipidus” dalam bentuk makalah.
            Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Medikal Bedah. Dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
            1. Dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikaan  
   Makalah  ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,baik dari segi bahasa maupun penyusunannya.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dan mendidik demi perbaikan,perkembangan dan kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,khususnya Mahasiswa/i.


                                                      Palembang, Mei 2011

                                                                                                           
                                                                        Penulis

KONSEP DASAR MEDIS
1.      Pengertian
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan yang diakibatkan oleh berbagai penyebab yang mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-renal reflex, sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air.( Aru W. Sudoyo 2006)
Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri).


2.      Anatomi fisiologi



3.      Etiologi
a.       Ideopatik
b.      Kegagalan pelepasan Hormon ADH
c.       Infeksi (Meningitis, ensefalitis)
d.      Tumor
e.       Obat-obatan

4.      Manifestasi Klinik
a.       Poliuria
b.      Polidipsia

5.      Klasifikasi diabetes insipidus
a.       Diabetes insipidus Sentral
b.      Diabetes insipidus Nefrogenik

6.      Patofisiologi
a. Diabetes Insipidus Sentral
Diabetes insipidus sentralis disebabkan oleh kegagalan pelepasan ADH yang secara fisiologis dapat merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan secara anatomis, keadaan ini terjadi akibat kerusakan nukleus supra optik, paraventrikular dan filiformis hypotalamus yang mensintesis ADH. Selain itu diabetes insipidus sentral juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH polifisealis dan akson hipofisis posterior dimana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan kedalam sirkulasi jika dibutuhkan.
Secara biokimia, diabetes insipidus sentral terjadi karena tidak adanya sintesis ADH dan sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tapi merupakan ADH yang tidak dapat berfungsi sebagaimana ADH yang normal. Sintesis neorufisin suatu binding protein yang abnormal, juga menggangu pelepasan ADH. Selain itu diduga terdapat pula diabetes insipidus sentral akibat adanya antibody terhadap ADH. Karena pada pengukuran kadar ADH dalam serum secara radio immunoassay, yang menjadi marker bagi ADH adalah neurofisisn yang secara fisiologis tidak berfungsi, maka kadar ADH yang normal atau meningkat belum dapat memastikan bahwa fungsi ADH itu adalah normal atau meningkat. Dengan demikian pengukuran kadar ADH sering kurang bermakna dalam menjelaskan patofisiologi diabetes insipidus sentral.

Termasuk dalam klasifikasi CDI adalah diabetes insipidus yang diakibatkan oleh kerusakan osmoreseptor yang terdapat pada hypotalamus anterior dan disebut Verney’s osmareseptor cells yang berada di luar sawar darah otak.

                                                     
b.  Diabetes Insipidus Nefrogenik
Istilah diabetes insipidus nefrogenik (NDI) dipakai pada diabetes insipidus yang tidak responsif terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis NDI dapat disebabkan oleh :
1. Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotik dalam medulla
renalis
2. Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan di mana ADH berada dalam jumlah
yang cukup dan berfungsi normal

7.      Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan khusus untuk  menegakkan diagnosis diabetes insipidus
a.       Hickey-Hare atau Carter-Robbins test
Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan menurunkan jumlah urin sedangkan pada diabetes insipidus urin akan menetap atau bertambah.

b.      Fluid deprivation menurut Martin Goldberg
1.      Sebelum pengujian pasien diminta untuk mengosongkan kandung kencing nya kemudian ditimbang berat badannya, diperiksa volume dan berat jenis atau osmolalitas urin pertama, pada saat ini diambil sampel plasma untuk diukur osmolalitasnya.
2.      Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin setiap jam, pasien ditimbang setiap jam bila dieresis lebih dari 300 ml/jam atau setiap 3 jam bila dieresis kurang dari 300 ml/jam.
3.      Setiap sampel urin disimpan dalam botol yang tertutup dan tersimpan dikulkas.
4.      Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4%.

Pengujian ini dilanjutkan dengan:
1.      Uji nikotin
2.      Uji vasopressin
Pada orang normal akan terjadi peningkatan osmolalitas urin maksimal smapai 1000 mOsol/kg berat badan. Tidak adanya peningkatan osmolalitas lebih lanjut setelah pemberian nikotin dan vasopressin menunjukkan adanya stimulasi pelepasan ADH yang maksimal dan respon ginjal yang maksimal terhadap ADH.


8.      Penatalaksanaan.
Pengobatan diabetes insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkan pada pasien DIS dengan mekanisme rasa haus yang utuh tidak diperlukan terapi apa-apa selama gejala nokturia dan poliuria tidak mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari, tetapi pasien dengan gangguan pada pusat rasa haus diterapi dengan pengawasan yang tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

Obat-obatan yang biasa dipakai adalah :
a.       Diuretik-Tiazid
b.      Klopropamid
c.       Klofibrat
d.      Karbamazepin

9.      Komplikasi : Dehidrasi
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.      Pengkajian Keperawatan
a.       Riwayat trauma kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat, infeksi kranial, tumor paru, mamae, riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama.
b.      Pemeriksaan fisik Gastro intestinal : polidipsi, BB turun Kardiovaskular : tanda dehidrasi( nadi cepat, TD turun, dll) Respirasi : tanda dehidrasi ( napas cepat, pucat ) Renal : poliuria 5-30 lt/hari, sering berkemih, nocturia Integumen: membran mukosa dan kulit kering, turgor tidak elastic
c.       Pemeriksaan penunjang: Hiperosmolar serum Hipoosmolar urine BJ urine kurang dari 1.005 Gangguan elektrolit.

2.      Diagnosa Keperawatan.
a.        Kurangnya volume cairan bd ketidakmampuan tubulus ginjal mengkonsen-trasikan urine sekunder tidak adanya ADH
b.      Kurangnya pengetahuan bd tidak adanya informasi tentang proses penyakit, tindakan dan perawatan diri
3.      Rencana Keperawatan
1.      Kurangnya volume cairan bd ketidakmampuan tubulus ginjal mengkonsen-trasikan urine sekunder tidak adanya ADH
KH :
Intake output seimbang Intake kurang dari 2500 ml/hari Output urine lebih atau sama 100 ml/jam, intervensi :
a.       Berikan intake cairan peroral
b.       Berkan terapi cairan sesuai program
c.        Monitor intake output tiap 2 jam
d.       Ukur BB tiap hari
e.        Cek/analisis BJ urine
f.        Kaji tanda hipovolume: tachicardi, turgor kulittak elestis, denut nadi lemah, TD turun, kulit dingin, mukosa kering,suhu tubuh naik, perubahan status mental
g.      Berikan ADH terapi sesuai program
h.       Observasi efek ADH: hipertensi, nyeri dada, cram uterus, peristaltik naik, overhidrasi, sakit kepala.
2.      Kurangnya pengetahuan bd tidak adanya informasi tentang proses penyakit, tindakan dan perawatan diri.
KH : Klien mengatakan mengetahui tentang :
penyakit pengobatan gejala-gejala yg dilaporkan perlunya memakai tanda pengenal cara mengukur intake output dan urine, intervensi:
Jelaskan konsep penyakit
a.        Berikan penkes tentang nama obat, dosis, waktu dan cara pemakian, efek samping, cara mengukur BJ urine dan intake output
b.       Anjurkan memperhatikan intake output.
c.        Berikan penjelasan supaya tidak minum kopi, alkohol dan teh.
d.      Anjurkan kontrol secara teratur.
e.        Jelaskan perlunya memakai tanda pengenal.












DAFTAR PUSTAKA

Waspadji, Sarwono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: FKUI
Sudoyo, Aru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: FKUI
Bruner dan Sudart. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC