FUNGSI, MANFAAT DAN PENYAKIT GIZI
A. GIZI DAN FUNGSINYA
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan, karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk :
1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/ perkembangan serta mangganti jaringan tubuh yang rusak.
2. Memperolah energi guna melakukan kegiatan sehari-hari
3. Mengatur metabolisme dan mengatur bernagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain.
4. Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit
Agar makanan dapat berfungsi seperti ini, maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-zat ini disebut gizi. Dengan kata lain makanan yang kita makan sehari-hari harus dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan dikaitkan dengan kesehatan ini disebut ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. Dalam perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemilihan, pengolahan, sampai dengan penyajian makanan tersebut. Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu gizi itu mencakup dua komponen penting yaitu makanan dan kesehatan.
Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokan menjadi lima macam, yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain sebagai berikut:
a. Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain:
- membangun sel-sel yang rusak
- membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon
- membentuk zat inti energi (satu gram energi kira-kira akan menghasilkan 4,1 kalori)
b. Lemak, berasal minyak goreng, daging, margarin, dsb. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah :
- Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1gram lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori)
- Sebagai pelarut vitramin A,D,E,K.
- Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.
c. Karbohidrat, berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah juga salah satu pembentuk energi yang paling murah, karena pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras, jagung, singkong, dsb) yang merupakan makanan pokok.
d. Vitamin-vitamin, yang dibedakan menjadi dua, yaitu vitamin yang larut dalam air (Vitamin A dan B), vitamin yang larut dalam lemak (vitramin A,D,E,K). Fungi masing-masing vitamin ini antara lain :
- Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel, dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata
- Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu penyerapan zat lemak oleh usus
- Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata, dan enzim dan berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.
- Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah, dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf.
- Vitamin C, berfungsi sebagai aktifator macam-macam fermen perombak protein dan lemak, dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit
- Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam bersama-sama kelenjar anak gondok, memperbesar penyerapan kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar endokrin.
- Vitamin E berfungsi mencegah pendarahan tinggi bagi wanita hamil serta mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel sedang membelah
- Vitamin K, berfungsi dalam pembentukan protombin, yang berarti penting dalam proses pembekuan darah
e. Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour (F), natrium (Na) dan chlour (Cl), kalium (K), dan Iodium (I). Secara umum fungsimineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan.
B. MASALAH GIZI
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi Linda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih.
Di samping masalah tersebut di atas, diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi Zink yang sampai saat ini belum terungkapkan, karena adanya keterbatasan Iptek Gizi, Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1995 sekitar 35,4% anak balita di Indo¬nesia menderita KEP (persen median berat menurut umur <80%).>
MASALAH GIZI DALAM KAITAN DENGAN PEJAMU, AGENS DAN LINGKUNGAN
Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu disebut juga dengan istilah penyebab majemuk (multiple causation of diseases) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single causation). Beberapa contoh mengenai agens, pejamu dan lingkungan akan diuraikan di bawah ini.
Sumber Penyakit (Agent)
Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi delapan unsur, yaitu unsur gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faktor faali/fisiologis, genetik, psikis, tenaga dan kekuatan fisik, dan biologi/parasit.
1. Gizi
Unsur gizi swing diakibatkan oleh defisiensi zat gizi dan beberapa toksin yang dihasilkan oleh beberapa bahan makanan, di samping akibat kelebihan zat gizi. Di bawah ini beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi.
2. Kimia dari Luar
Penyakit dapat muncul karena zat kimia dari luar seperti obat-obatan, bahan kimia yang terdapat dalam makanan, penambahan zat aditif dalam makanan yang berlebihan.
3. Kimia dari Dalam
Agent yang berasal dari kimia dari dalam yang dihubungkan dengan metabolisme dalam tubuh seperti sistem hormonal (hormon tiroksin), kelebihan lemak, dan sebagainya.
4. Faktor Faali
Faktor faali dalam kondisi tertentu, seperti pada saat kehamilan, eklampsia pada waktu melahirkan dengan tanda-tanda bengkak atau kejang.
Tabel 1. Penyakit yang Diakibatkan oleh Kekurangan/Kelebihan Zat Gizi
No. Penyakit Penyebab
1. Kurang Energi Protein (KEP) • Kekurangan energi dan protein
2. Anemia gizi • Kekurangan protein, vitamin C, asam folat, vitamin B12, zat best (Fe)
3. Angular stomatitis • Kekurangan riboflavin
4. Keratomalasia • Kekurangan vitamin A
5. Rakhitis • Kekurangan vitamin D
6. Skorbut/sariawan • Kekurangan vitamin C
7. Gondok • Kekurangan yodium.
8. Kanker hati • Toksin yang ada dalam makanan seperti aflatoksin pada kacang-kacangan. dll.
9. Beri-beri • Kekurangan vitamin B1
10 Penyakit jantung/hipertensi • Kelebihan lemak/kolesterol
5. Genetis
Beberapa penyakit yang disebabkan karena faktor genetis seperti diabetes mellitus (kencing manis), kepala besar terdapat pada orang mongolid, buta warna, hemofill, dan albino.
6. Faktor Psikis
Faktor psikis yang dapat menimbulkan penyakit adalah tekanan darah tinggi dan tukak lambung yang disebabkan oleh perasaan tegang (stres).
7. Tenaga dan Kekuatan Fisik
Sinar matahari, sinar radioaktif, dan lain-lain merupakan faktor tenaga dan kekuatan fisik yang dapat menimbulkan penyakit.
8. Faktor Biologis dan Parasit
Faktor biologis dan parasit (metazoa, bakteri, jamur) dapat menyebabkan penyakit defisiensi gizi atau infeksi.
Pejamu (Host)
Faktor-faktor pejamu yang mempengaruhi kondisi manusia hingga menimbulkan penyakit, terdiri atas faktor genetis, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, fisioiogi imunologik, kebiasaan seseorang (kebersihan, makanan, kontak perorangan, pekerjaan, rekreasi, pemanfaatan pelayanan kesehalan). Faktor pejamu yang cukup berpengaruh dalam timbulnya penyakit, khususnya di negara yang sedang berkembar adalah kebiasaan buruk, seperti membuang sampah dan kotoran tidak pada tempatnya, tabu, cara penyimpanan makanan yang kurang baik, higiene rumah tangga (jendela atau ventilasi, pekarangan) yang kurang mendapat perhatian.
Lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan dapat dibagi dalam tiga unsur utama, yaitu:
1. Lingkungan fisik, seperti cuaca atau iklim, tanah, dan air.
2. Lingkungan biologis:
a. Kependudukan: kepadatan penduduk.
b. Tumbuh-tumbuhan: sumber makanan yang dapat mempengaruhi sumber pe-nyakit.
c. Hewan: sumber makanan, juga dapat sebagai tempat munculnya sumber penyakit.
3. Lingkungan sosial ekonomi:
a. Pekerjaan: yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia.
b. Urbanisasi: kepadatan penduduk, adanya ketegangan dan tekanan sosial.
c. Perkembangan ekonomi: usaha koperasi di bidang kesehatan dan pendidikan. Golongan ekonomi yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibanding dengan golongan ekonomi menengah ke atas. Sebaliknya, pada golongan yang terakhir insidensi penyakit kardiovaskuler cenderung meningkal.
d. Bencana alam; peperangan, banjir, gunung meletus, dan sebagainya.
C. PENYAKIT – PENYAKIT GIZI
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi optimum, dimana jaringan jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status zat gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbeban dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrion ini mencangkup kelebihan nutrisi/gizi disebut gizi lebih (overnutrition). Dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrion).
Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi, dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan anttara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada umur tersebut enak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dangan kebutuhan kalori, maka akan terjadi defisiensit tersebut (kurang kalori dan protein). Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni:
a. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari berat badan menurut standar Harvard
b. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44%-60% dari berat badn menurut stndar Harvard
c. KKP berat, (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut Harvard
Beberapa ahli hanya membedakan adanya dua macam KKP saja, yakni : KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marsmus. Anak atau penderita marsmus ini tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua,apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis: oedema atau honger oedema (H.O.), atau juga disebut penyakit kurang makan. Kelaparan atau busung lapar, oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
2. Penyakit kegemukan (obesitas)
Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan anatra konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi didalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini di timbun di tempat-tempat tertentu diantaranya dalam jaringan subkutan, dan didalam jaringan tirai usus. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu, lebih cepat gerah, capai dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliuran dalam bekerja. Akibat dari penyakit obositas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit: kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes malitus
Berat badan yang ideal pada orang dewasa menurut rumus Dubois adalah:
B (kg) = (Tcm – 10) + 10%, dengan:
B= berat badan hasil perkiraan/pengukuran
T= Tinggi badan
Oleh bagian gizi FK UI dilakukan koreksi sebagai berikut: B (kg)= (Tcm-100) – 10% + 10% .
3. Anemia (penyakit kurang darah)
Penyakit terjadi karena konsumsi zat bessi Fe pada tubuh kita tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan micro elemen yang essensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Disamping itu Fe juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Zat besi (Fe) lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk Ferro. Penyerapan itu mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% dari Fe yang mendapat di dalam makanan diserap ke dalam mukosa usus. Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit, didalam bagian-bagian tubuh yang halus dan dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil. Sedangkan pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi. Oleh sebab itu, kebutuhan Fe pada wanita dewasa, lebih banyak dibandingkan dengan pria. Pada waktu wanita hamil kebutuhan Fe meningkat karena bayi yang dikandung membutuhkan Fe.
Devisensi Fe atau anemia besi di Indonesia sangat besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melakukan pemberian Fe secara Cuma-Cuma melalui puskesmas atau posiandu. Akan tetapi karena masih program ini berjalan sangat lambat.
4. Xerophthalmia (defisiensi vitamin A )
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A didalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel biji mata dan kornea, karena glandula lakrimalis menurun. Terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia, yaang oleh orang awam disebut buta senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat cahaya remang-remang. Pada stadium lanjut akan mengoreng, karena sel-selnya akan menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan dapat menimbulkan kebutaan.
Fungsi vitamin A mencakup tiga fungsi yakni fungsi dalam melihat, dalam proses metabolisme dan proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A sangat menonjol khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut zeropathalmia. Oleh sebab itu penanggulangan defisiensi vitamin A yang penting ini ditunjukan kepada pencegahan kebutaan pada anak balita. Proses penanggulangan zeropalmia ditunjukan pada anak balita dengan pemberian vitamin A secara Cuma-Cuma melalui puskesmas. Program pencegahan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan yang bergizi khususnya makanan-makanan sebagai sumber vitamin.
5. Penyakit gondok endemik
Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tiroksin. Zat iodium dikonsentrasikan dalam kelenjar gondok ( glandula tirodia ) yang dipergunakan sintesa hormon tiroksin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein, maka disebut thyiroglubulin. Apabila diperlukan thyiroglobulin dipecah dan terlepas yang dikeluarkan dari folikel kelenjar kedalam aliran darah.
Kekurangan zat iodium dapat berakibat kondisi hyipothydiisme ( kekeurangan iodium ) dan tubuh mencoba untuk mengkonpensasi dengan menambah jaringan gondok. Akibatnya terjadi hipertropi ( membesarnya kelenjar tiroid ) yang kemudian disebut dengan penyakit gondok. Apabila kelebihan zat iodium maka akan mengakibatkan gejala-gejala kulit yang disebut iodium dermatitis. Penyakit gondok di indonesia merupakan endemik. Terutama di daerah pegunungan, yang air minumnya kekurangan zat iodium. oleh sebab itu, penyakit kekurangan iodium disebut gondok endemik.
Kekurangan iodium dapat menyebabkan gangguan kesehatan lain disebut kretinisma. Kretinisma adalah kondisi penderita dengan tinggi badan dibawah normal. Kondisi ini disertai dengan tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan ringan sampai hambatan yang berat. Ekspresi seseorang memberikan kesan bodoh, karena tingkat kecerdasanya rendah. Pada umumnya orang kretin dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekeurangan garam iodium. Terapi penyakit ini pada penderita dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab itu penangulangan yang paling baik adalah pencegahan yaitu dengan memberikan dosis iodium kepada para ibu hamil. Untuk penanggulangan penyakit akibat kekurangan iodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat melalui program iodiumisasi yaitu dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya iodium. Dalam kaitannya ini pemerintah Indonesia melalui departemen perindustrian telah memeproduksi garam iodium untuk daerah-daerah endemik gondok.