Kamis, 11 Oktober 2012

Makalah Askep Sistitis (Infeksi Saluran Kemih)


 Makalah Askep Sistitis (Infeksi Saluran Kemih)


BAB I
PENDAHULUAN

Setelah melahirkan pasien wanita mengalami peningkatan resiko untuk mengalami masalah saluran kemih karena diuresis post partum normal, penurunan sensitifitas kandung kemih dan kemungkinan terhambatnya kontrol persyarafan setelah anastesia. Ia mungkin mengalami kesulitan berkemih karena trauma persalinan, pembengkakan dan nyeri perineal. Bahkan ketika ia mampu berkemih mungkin akan berkemih dalam jumlah yang sedikit dan dengan interfal sering menandakan retensi dengan aliran yang berlebihan. Bila urine tertahan maka akan menjadi tempat pertumbuhan bakteri yang amat baik. Mungkin terjadi sistitis dan pielonefritis.
Sistitis adalah pembengkakan kandung kemih.Pada 73%-90% kasus bakteri penyebabnya adalah Escherichia coli.Pada sebagian besar kasus infeksi menjalar keatas dari saluran kemih bagian bawah.Kedua ginjal mungkin terkena.Bila tidak diobati, korteks renalis dapat mengalami kerusakan dan fungsi ginjal terganggu.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ISK 
2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan ISK 
b.      Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan ISK 
c.       Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien denan ISK
d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien denan ISK
e.       Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan ISK
f.       Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus 

BAB II
TINJAUAN TEORI

1.1.         Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih.ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran.Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.
Uretro Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

1.2.            Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra.Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi.Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan.Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan.Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih.Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter. Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis.Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih.Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita.Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan.Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan.Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina.Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.

1.3. Etiologi
     1. Bakteri (Eschericia coli)
     2. Jamur dan virus
     3. Infeksi ginjal
     4. Prostat hipertropi (urine sisa)
1.4. Manifestasi Klinis
Uretro Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1.      Disuria (nyeri waktu berkemih)
2.      Pada penekanan supra simfisis akan terasa nyeri local yang juga menyebar kedaerah lipat paha.
3.      Peningkatan frekuensi berkemih tetapi jumlahnya sedikit sehingga menimbulkan rasa tidak puas atau puas
4.      Air kemih berwarna berwarna lebih gelap dan pada saat serangan akut, kadang-kadang berwarna kemerahan.
5.      secara mikroskopik tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, bakteri pada specimen urine.
6.      Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

1.5.Komplikasi :
     1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
     2. Gagal ginjal
1.6.Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1)        a.Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.
2)        b.Hematogen.
3)        c.Limfogen.
4)        d.Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa.Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal.

1.7. Pemeriksaan diagnostik
a. Urinalisis
      1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
      2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
b. Bakteriologis
a.    Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria Ê 2 )   
b.    Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
c.  Diagnosa Banding
     1. Uretritis (Inflamasi pada uretra)
     2. Pielonefritis (Inflamasi pada ginjal)

 1.8. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.        Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
Data biologis meliputi :
1.      Identitas klien
2.      Identitas penanggung
3.      Riwayat kesehatan :
·         Riwayat infeksi saluran kemih
·         Riwayat pernah menderita batu ginjal
·         Riwayat penyakit DM, jantung.
4.      Pengkajian fisik :
·         Palpasi kandung kemih
·         Inspeksi daerah meatus
·         Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
·         Pengkajian pada costovertebralis
5. Riwayat psikososial :
·         Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
·         Persepsi terhadap kondisi penyakit
·         Mekanisme kopin dan system pendukung
·         Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
·         Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
·         Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

2.        Diagnosa Keperawatan
v  Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
v  Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
v  Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
v  Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

3.        Perencanaan Keperawatan
 Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1)   Tanda vital dalam batas normal
2)   Nilai kultur urine negative
3)   Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi:
1)   Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
Rasional: Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2)   Catat karakteristik urine
Rasional: Untuk mengetahui atau mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3)   Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional:Untuk mencegah stasis urine
4)   Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional:Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5)   Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
Rasional:Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6)   Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional:Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra

1.      Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapatmempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1)   Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2)   Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3)   Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
1)      Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional: Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/output
2)      Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional: Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3)      Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional: Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4)      Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
Rasional: Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5)      Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
Rasional: Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.

2.      Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasanyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
c.    Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
d.   Kandung kemih tidak tegang
e.    Pasien nampak tenang
f.     Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1)   Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional: Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2)   Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional: Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3)   Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional: Untuk membantu klien dalam berkemih
4)   Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional: Analgetik memblok lintasan nyeri

3.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan
tanda- tanda gelisah.
Kriteria hasil :
1)   Klien tidak gelisah
2)   Klien tenang
Intervensi :
1)      Kaji tingkat kecemasan
Rasional: Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2)      Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional: Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
3)      Beri dorongan spiritual
Rasional:Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
4)      Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional: Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.

4.         Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
5.         Evaluasi Keperawatan
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan Uretra Sistitis adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1.      Nyeri yang menetap atau bertambah
2.      Perubahan warna urine
3.      Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.



BAB III
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Sistitis adalah pembengkakan kandung kemih yang biasanya dialami wanita setelah melahirkan karena peningkatan resiko untuk mengalami masalah saluran kemih yang disebabkan diuresis post partum normal.
Perawat memainkan peran yang signifikan dalam pencegahan dengan menghindarkan distensi kandung kemih pasien, mengajarkan perawatan perineal yang tepat dan teknik untuk menghindari kontaminasi.





DAFTAR PUSTAKA


Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/01/askep-klien-dengan-uretro-sistitis.html