Minggu, 22 Januari 2012

makalah askep Dermatitis Eksfoliata


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya jualah sehingga kami dapat meyelesaikan asuhan keperawatan ini tepat pada waktunya.  Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata ajar Keperawatan Medikal Bedah – III.
            Dalam asuhan keperawatan ini kami membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem integumen “ Dermatitis Eksfoliata “ .Kami mengharapkan agar apa yang kami tulis didalam makalah kami ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Kami juga menyadari dalam makalah yang telah kami buat ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kedepannya nanti.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih.


                                                                                  Palembang, 24    Mei 2010


                                                                                                Penulis


BAB I
PEMBAHASAN

I.  KONSEP DASAR MEDIK
A. DEFINISI
  • Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 ).
  • Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh ( www. medicastore . com ).
  • Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali Harahap , 2000 : 28 )
  • Dermatitis eksfoliata merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi yang kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ).

B.  ANATOMI
Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi bagian tubuh,berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga rongga,lubang – lubang masuk.Pada kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.masalah pada kulit salah satunya adalah adanya luka,dimana luka terjadi akibat kerusakan jaringan dan ketika terjadi luka tubuh akan mengeluarkan respon lokal yang disebut dengan inflamasi.Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan.
Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.            
                                  




                                                                                         


Gambar anatomi kulit
Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
1.      Stratum Korneum
Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya sudah mati dan mengandung zat keratin.
2.      Stratum lusidum
Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
3.      Stratum Granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin.
4.      Stratum Spinosum / Stratum Akantosum
Lapisan yang paling tebal.
5.      Stratum Basal / Germinativum
Stratum germinativum menggantikan sel – sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
1.      Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris )
2.      Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis )
Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut – serabut kolagen , serabut elastis dan serabut retikulus
Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit.Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Subkutis :
Terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Lapisan Subkutis Merupakan lapisan dibawah dermis yang etrsusun dari sel koalgen dan lemak tebal untum menyekat panas sehingga kita dapat beradaptasi dengan perubahan temperatur luar tubuh kita karena perubahan cuaca, selain itu juga lapisan subcutis dapat menyimpan cadangan nutrisi bagi kulit.
Fungsi kulit :
*      Proteksi - Pengatur suhu
*      Absorbsi - Pembentukan pigmen
*      Eksresi – Keratinisasi
*      Sensasi - Pembentukan vit D
( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 )
C.  ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok :  ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 : Rusepno Hasan 2005 : 239 )
  1. Eritrodarma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum (5–10 % ).
  1. Eritroderma eksfoliativa sekunder
    1. Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya , sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin.
    2. Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus , dermatitis seboroik dan dermatitis atopik.
    3. Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma.
D. PATOFISIOLOGI
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik ( alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap.
( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 )
E.  MANIFESTASSI KLINIS
  • Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.
  • Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ).
    • Eritroderma karena psoriasis
Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail.
    • Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum )
Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar.
    • Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. ( Arif Masjoor , 2000 : 121 )
  • Menggigil,demam,dan kulit gatal bersisik.
  • Warna kulit berubah dari merah muda menjadi merah gelap
  • Kemungkinan terjadi kerontokan rambut
  • Umumnya terjadi relaps
(Brunner dan Suddarth,2002)
F.  KOMPLIKASI
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
*      Abses – Limfadenopati
*      Furunkulosis – Hepatomegali
*      Konjungtivitis – Rinitis
*      Stomatitis – Kolitis
*      Bronkitis
( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 , 28 )

II.  KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.  PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.
  1. Biodata
    1. Jenis Kelamin
Biasnya laki – laki 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
    1. Riwayat Kesehatan
·         Riwayat penyakit dahulu ( RPM )
Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik , limfoblastoma.
·         Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.
  • Pola Fungsi Gordon
    • Pola Nutrisi dan metabolisme
Terjadinya kebocoran kapiler ,hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien(dehidrasi).
    • Pola persepsi dan konsep diri
      • Konsep diri
Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr – besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri.
    • Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
e. Abdomen
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f. Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g. Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.
( Marwali Harahap , 2000 : 28 – 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 , Brunner & Suddarth , 2002 : 1878 ).

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan integritas kulit b.d eksfoliasi dan respon peradangan.
2.      Gangguan rasa nyaman: Gatal berhubungan dengan adanya lesi pada kulit
3.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
4.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
C.  INTERVENSI KEPERAWATAN
DP. 1.  Gangguan integritas kulit bd eksfoliasi dan respon peradangan.
Kriteria hasil    : - menunjukkan peningkatan integritas kulit
  - menghindari cidera kulit
  - Kulit utuh, eritema dan skuama hilang
Intervensi        :
1.      Lakukan inspeksi lesi setiap hari dan Pantau adanya tanda-tanda infeksi
R/ mengetahui dan mengidentifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat
2.      Ubah posisi pasien tiap 2-4 jam dan anjurkan klienmenggunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut
R/ tekanan dari baju, membiarkan luka terbuka terhadap udara meningkat proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi
3.      Jaga kebersihan alat tenun
R/ untuk mencegah infeksi      
4.      Pergunakan sarung tangan jika merawat lesi
R/ Untuk menghindari kontaminasi
5.      Libatkan keluarga dalam memberikan bantuan pada pasien
R/untuk mempermudah intervensi dan membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6.      Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
R/: untuk mencegah infeksi lebih lanjut
DP 2 gangguan rasa nyaman: Gatal berhubungan dengan adanya lesi pada kulit
Kriteria hasil    : - tidak terjadi lecet di kulit
  - pasien berkurang gatalnya
Intervensi        :
1.      Temukan penyebab gatal
R/: Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan
kenyamanan.
2.      Catat hasil observasi secara rinci.
R/: Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis
dan pengobatan.
3.      Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).
R/: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapat
menunjukkan reaksi alergi obat.
4.      Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.
R/: Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
5.      Pertahankan lingkungan dingin.
R/: Kesejukan mengurangi gatal.
6.      Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun yang lembut.
R/: Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi.
7.      Berikan kompres hangat/dingin.
R/: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan
meredakan pruritus.
8.      Anjurkan untuk menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).
R/: Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan
9.      Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli tanpa resep
Dokter.
R/: Masalah klien dapat disebabkan oleh iritasi/sensitif karena pengobatan sendiri
10.  Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi topikal.
R/: Membantu meredakan gejala.

DP 3 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Kriteria hasil:
-          Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
-          Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
Intervensi:
1.      Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan
diri sendiri.
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang
tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap
konsep diri.
2.      Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
3.      Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
4.      Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

DP4 Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan adanya luka terbuka akibat gangguan integritas
Kriteria hasil:
-          Infeksi tidak terjadi.
-          Tanda- tanda vital dalam batas normal.
-          Luka mengalami granulasi.
Intervensi:
1.      Pantau terhadap tanda- tanda infeksi
R/  Respon jaringan terhadap infiltrasi patogen dengan peningkatan aliran darah dan aliran limfe
2.      Observasi tanda- tanda vital
R/ Patogen yang bersirkulasi merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh
3.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
R/ Mencegah terjadinya infeksi silang dari lingkungan luka ke dalam luka
4.      Lakukan rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
R/Mencegah terjadinya invasi kuman dan kontaminasi bakteri.
5.      Anjurkan klien untuk menghabiskan porsi yang tersedian terutama tinggi protein dan vitamin C.
R/Nutrisi dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan.
6.      Jaga personal higiene klien
R/:Sesuatu yang kotor merupakan media yang baik bagi kuman.
7.      Kolaborasi dengan tim medisdalam penentuan antibiotik dan pemeriksaan leukosit dan LED
R/ Peningkatan leukosit dan LED merupakan indikasi terjadinya infeksi.

D.  IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
            Implementasi merupakan tahap keempat didalam proses keperawatan.  Implementasi merupakan realisasi tindakan kepada pasien dari rencana tindakan yang telah dibuat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
E.  EVALUASI KEPERAWATAN
1. Pasien menunjukkan peningkatan integritas kulit.
2. Pasien mampu menghindari cidera kulit.
3. Tidak terjadi lecet di kulit.
4. Pasien secara verbal mengatakan bahwa berkurang gatalnya.
5. Tidak ada atau tidak ditemukannya tanda – tanda infeksi ( rubor , kalor ,dolor , fungsio laesa ).
6. Ttidak timbul luka baru



DAFTAR PUSTAKA


  • Brunner & Suddart.  2002.  Keperawatan Medikal Bedah, volume 3.  Jakarta : EGC
  • Doenges,marilyn E.1999.Nursing care plans edition 2.
  • Hasan Rusepno.  2005.  Ilmu Keperawatan Anak.  Jakarta : FKUI
  • Harahap, Marwali. 2000.  Ilmu Penyakit Kulit.  Jakarta : Hipokrates
  • Introduction to patient care edition 3.1997.W.B.Saunders Company philadelphia/London/Toronto
  • Medical surgical nursing unit II J.B.Lippincott Company Philadelphia
  • Mansjoer, Arief.  2000.  Kapita Selekta Kedokteran.  Jakarta : EGC
  • Nursing practice hospital and home the adult.1996. Churehill living stone.distributed in the USA,New York
  • Syaifudin. 1997.  Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
  • http://74.125.67.100/images?q=dermatitis+exfoliativa&um=1&hl=en&client=fireworka&rls=org.mozilla:enUS:offical&channel=s&prmdo=1&tbs=isch:1&sa=N&atart=40&nds20
  • http://iklanbarisgratis.info/search/Askep+Eritroderma
  • http://iklanbarisgratis.info/search/ERITRODERMA
  • http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-eritroderma/
  • http://jobs.bestmoviepics.com/search/eritroderma
  • http://kamus-kesehatan.blogspot.com/2009/08/eritroderma.html