Makalah Askep Ureteritis
KONSEP MEDIK
1.Pengertian
Ureteritis adalah infeksi pada salah satu atau kedua ureter.(
http:// medicastore. com/penyakit /88/Ureteritis.html )
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya peradangan
oleh mikroorganisme pada system perkemihan.
Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin,
E.J,2001: 480)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
suatu tanda umum yang ditunjukkan pada
manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, B,1998: 121)
Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran
kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus/ mikroorganisme
lain (Waspadji, S,1998: 264)
2.Anatomi / Fisiologi
A. Anatomi
Gambar 1.1
Ureteritis
Gambar 1.2 Anatomi
Saluran Kemih
B. Fisiologi ginjal dan saluran kemih
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih.
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih.
Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan
tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita).
Fungsi ginjal adalah untuk:
- Menyaring limbah metabolik
- Menyaring kelebihan natrium dan air dari
darah
- Membantu membuang limbah metabolik serta
natrium dan air yang berlebihan dari tubuh
- Membantu mengatur tekanan darah
- Membantu mengatur pembentukan sel darah.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).
Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan
dinding yang berlubang (kapsula Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh
darah (glomerulus). Kapsula Bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum
renalis.
Darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi.
Sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring melalui lubang-lubang
kecil pada dinding pembuluh darah di dalam glomerulus dan pada lapisan dalam
kapsula Bowman; sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekul-molekul
yang besar (misalnya protein).
Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga Bowman
(daerah yang erletak diantara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula Bowman)
dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian
hulu yang berasal dari kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya
yang ikut tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah.
Ginjal juga menggunakan energi yang secara selektif menggerakkan
molekul-molekul yang besar (termasuk obat-obatan, misalnya penicillin) ke dalam
tubulus. Molekul tersebut dibuang ke dalam air kemih meskipun ukurannya cukup
besar untuk dapat melewati lubang-lubang pada penyaring glomerulus.
Bagian berikutnya dari nefron adalah ansa Henle.
Ketika cairan melewati ansa Henle, natrium dan beberapa elektrolit
lainnya dipompa keluar sehingga cairan yang tersisa menjadi semakin pekat.
Cairan yang pekat ini akan mengalir ke dalam tubulus kontortus distal. Di dalam tubulus distal, semakin banyak
jumlah natrium yang dipompa keluar.
Cairan dari beberapa nefron mengalir ke
dalam suatu saluran pengumpul (duktus kolektivus). Di dalam duktus kolektivus,
cairan terus melewati ginjal sebagai cairan yang pekat, atau jika masih encer,
maka air akan diserap dari air kemih dan dikembalikan ke dalam darah, sehingga
air kemih menjadi lebih pekat.
Tubuh mengendalikan konsentrasi air kemih
berdasarkan kebutuhannya terhadap air melalui hormon-hormon yang kerjanya
mempengaruhi fungsi ginjal.
Air kemih yang terbentuk di ginjal
mengalir ke bawah melalui ureter menuju ke kandung kemih; aliran tersebut bukan
merupakan aliran yang pasif. Ureter adalah pipa/tabung berotot yang mendorong
sejumlah air kemih dalam gerakan bergelombang (kontraksi).
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung
kemih melalui suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot)
yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.
Air kemih yang secara teratur mengalir dari ureter akan terkumpul di
dalam kandung kemih.
Kandung kemih ini bisa mengembang, dimana ukurannya secara bertahap
membesar untuk menampung jumlah air kemih yang semakin bertambah.
Jika kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal saraf ke otak,
yang menyampaikan pesan untuk berkemih.
Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih
dan uretra akan membuka sehingga air kemih mengalir keluar. Secara bersamaan,
dinding kandung kemih berkontraksi sehingga terjadi tekanan yang mendorong air
kemih menuju ke uretra. Tekanan ini dapat diperbesar dengan cara mengencangkan
otot-otot perut.
Sfinger pada pintu masuk kandung kemih tetap menutup rapat untuk
mencegah aliran balik air kemih ke ureter.
GEJALA-GEJALA KELAINAN GINJAL &
SALURAN KEMIH
Gejala yang disebabkan oleh kelainan
ginjal dan saluran kemih sangat bervariasi, tergantung kepada bagian ginjal
atau saluran kemih yang terkena.
Demam dan malaise (perasaan tidak enak badan) merupakan gejala yang
umum, tetapi infeksi kandung kemih (sistitis) biasanya tidak menyebabkan demam.
Suatu infeksi bakteri pada ginjal (pielonefritis) biasanya menyebabkan
demam tinggi.
Kanker ginjal kadang menyebabkan demam.
Sebagian besar orang melakukan buang air kecil sebanyak 4-6 kali/hari,
terutama pada siang hari.
Frekuensi (sering berkemih) tanpa disertai peningkatan dalam jumlah
total air kemih dalam sehari, merupakan suatu gejala dari infeksi kandung kemih
atau iritasi kandung kemih (misalnya karena benda asing, batu atau tumor).
Tumor atau massa lainnya yang menekan kandung kemih juga bisa
menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih.
Iritasi kandung kemih juga bisa menyebabkan disuria (nyeri ketika
berkemih) dan urgensi (desakan untuk berkemih), yang bisa dirasakan sebagai
tenesmus (nyeri ketika mengedan yang hampir dirasakan terus menerus).
Jumlah air kemih biasanya sedikit, tetapi jika penderita tidak segera
berkemih, air kemih bisa keluar dengan sendirinya (kontrol terhadap berkemih
hilang).
Nokturia adalah sering berkemih pada malam
hari.
Nokturia bisa tejadi pada stadium awal
penyakit ginjal, tetapi bisa juga karena sebelum tidur seseorang terlalu banyak
minum, terutama alkohol, kopi atau teh.
Nokturia terjadi karena ginjal tidak dapat
memekatkan air kemih dengan baik.
Nokturia juga terjadi pada penderita gagal
jantung, gagal hati atau diabetes, meskipun tidak terdapat kelainan pada
saluran kemihnya.
Nokturia dengan jumlah air kemih yang
sangat sedikit bisa terjadi jika air kemih mengalir balik ke kandung kemih
karena adanya penyumbatan; salah satu penyebabnya yang paling sering ditemukan
pada pria lanjut usia adalah pembesaran kelenjar prostat.
Enuresis (ngompol) pada usia 2-3 tahun
merupakan hal yang normal. Enuresis yang terjadi setelah usia 3 tahun,
menunjukkan adanya suatu masalah, misalnya:
- tertundanya kematangan otot dan saraf
pada saluran kemih bagian bawah
- infeksi atau penyempitan uretra
- neurogenic bladder (tidak adekuatnya
pengontrolan saraf kandung kemih).
Gejala-gejala yang sering ditemukan pada
penyumbatan uretra adalah:
- keraguan untuk memulai berkemih
- kebutuhan untuk mengedan
- aliran yang lemah atau menetes
- setelah selesai berkemih, air kemih
masih menetes.
Pada pria, gejala tersebut paling sering
disebabkan oleh pembesaraan prostat dan penyempitan uretra (striktur uretra).
Gejala yang sama pada anak laki-laki, bisa
menunjukkan adanya kelainan bawaan berupa penyempitan uretra atau lubang uretra
yang sangat kecil. Lubang uretra yang kecil juga bisa ditemukan pada wanita.
Inkontinensia uri (ketidakmampuan menahan
buang air kecil) bisa terjadi pada berbagai keadaan.
Sistokel (herniasi/burut kandung kemih ke
dalam vagina), air kemih bisa keluar ketika penderita tertawa, batuk, lari atau
mengangkat beban berat. Sistokel biasanya terjadi akibat peregangan dan
lemahnya otot panggul (karena melahirkan) atau akibat adanya perubahan kadar
hormon estrogen pada saat menopause.
Penyumbatan pada aliran dari kandung kemih
bisa menyebabkan inkontinensia jika tekanan di dalam kandung kemih melebihi
tahanan dari penyumbatan, meskipun kandung kemih tidak sepenuhnya menjadi
kosong.
Adanya gas di dalam air kemih merupakan
gejala yang jarang terjadi, yang biasanya menunjukkan adanya fistula (hubungan
yang abnormal) antara saluran kemih dan usus.
Suatu fistula bisa merupakan komplikasi
dari divertikulits, abses maupun kanker.
Fistula diantara kandung kemih dan vagina
bisa juga menyebabkan terdapatnya gas di dalam air kemih. Kadang bakteri di
dalam air kemih juga membentuk gas.
Dalam keadaan normal, seorang dewasa
membuang sekitar 1 cangkir sampai 0,9L air kemih/hari. Berbagai penyakit ginjal
menyebabkan terganggunya kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih, sehingga
jumlah air kemih yang dibuang melebihi 2,25L.
Jumlah air kemih yang sangat banyak
biasanya merupakan akibat dari:
- tingginya kadar gula darah
- rendahnya kadar hormon antidiuretik yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisa (penyakit diabetes insipidus)
- berkurangnya respon terhadap hormon
antidiuretik (diabetes insipidus nefrogenik).
Penyakit ginjal atau penyumbatan pada
ureter, kandung kemih atau uretra bisa secara mendadak menyebabkan berkurangnya
produksi air kemih sampai kurang dari 2 cangkir/hari.
Jika produksi air kemih dengan jumlah
kurang dari 1 cangkir/hari terus berlanjut, bisa terjadi penimbunan limbah
metabolik di dalam darah (azotemia). Penurunan jumlah air kemih ini bisa
menunjukkan adalah gagal ginjal akut atau memburuknya suatu kelainan ginjal
kronis.
Air kemih (urin) yang encer hampir tidak
berwarna, sedangkan urin yang pekat berwarna kuning tua.
Zat warna pada makanan bisa menyebabkan
urin berwarna merah; sedangkan obat-obatan bisa menyebabkan urin berwarna
coklat, hitam, biru, hijau atau merah. Selain karena makanan atau obat-obatan,
urin yang tidak berwarna kuning adalah abnormal.
Urin coklat mungkin mengandung hasil
pemecahan hemoglobin (protein pengangkut oksigen di dalam sel darah merah) atau
protein otot.
Urin yang mengandung zat warna akibat
porfiria menjadi merah, sedangkan zat warna akibat melanoma menyebabkan urin
menjadi hitam.
Urin yang keruh menunjukkan adanya nanah
akibat infeksi saluran kemih atau kristal garam dari asam urat maupun asam
fosfat.
Penyebab dari warna urin yang abnormal
bisa diketahui dengan melakukan pemeriksan mikroskopik terhadap sedimen urin
dan analisa kimia urin.
Hematuria (darah di dalam urin) dapat
menyebabkan urin berwarna merah atau coklat, tergantung kepada jumlah darah,
lamanya darah berada di dalam urin dan keasaman urin.
Hematuria tanpa disertai nyeri bisa
terjadi akibat kanker kandung kemih atau kanker ginjal. Hematuria ini biasanya
hilang timbul, dan perdarahan berhenti secara spontan meskipun kankernya masih
ada.
Penyebab lain dari hematuria adalah:
- glomerulonefritis
- batu ginjal
- kista ginjal
- penyakit sel sabit
- hidronefrosis.
Nyeri akibat penyakit ginjal biasanya
dirasakan di punggung, yaitu di daerah flank (diantara tulang rusuk dan pinggul
bagian belakang). Kadang nyerinya menjalar ke tengah-tengah perut.
Penyebabnya adalah peregangan kapsula
renalis (bagian luar ginjal, yang peka terhadap nyeri); hal ini bisa terjadi
pada berbagai keadaan yang menyebabkan pembengkakan jaringan ginjal. Jika ginjal ditekan, seringkali timbul rasa nyeri.
Jika sebuah batu ginjal melewati ureter, akan timbul nyeri yang hebat.
Sebagai respon terhadap batu, ureter berkontraksi sehingga terjadi nyeri kram
yang hebat di punggung bagian bawah, yang sering menjalar ke selangkangan. Jika
batu telah sampai ke kandung kemih, maka nyeri akan menghilang.
Nyeri pada kandung kemih paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri.
Nyeri ini biasanya dirasakan
di atas tulang kemaluan dan pada ujung uretra ketika berkemih.
Penyumbatan aliran urin juga menyebabkan
nyeri di atas tulang kemaluan, tetapi jika penyumbatannya terjadi secara
lambat, biasanya pelebaran kandung kemih tidak disertai dengan nyeri.
Kanker dan pembesaran prostat biasanya
tidak menimbulkan nyeri, tetapi peradangan prostat (orostatitis) bisa
menyebabkan nyeri yang samar-samar atau rasa penuh di daerah antara anus dan
kelamin.
Pada saat ejakulasi, kadang keluar semen
yang berdarah. Hal ini bisa
terjadi pada pria yang menderita kelainan pembekuan.
3.Etiologi
Kuman gonorrhoe biasanya adalah suatu infeksi
yang menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Kadang-kadang
uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.
4.Patofisiologi
Uretra Gonorhoeal disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi
orifosium meatal terjadi disertai rasa terbakar ketika urinasi. Rabas uretral
purulen muncul dalam 3-4 hari setelah kontak seksual. Pada wanita rabas uretral
tidak selalu muncul dan penyakit bersifat asimtomatik. Pada pria melibatkan
jaringan disekitar uretra menyebabkan periuretritis, prostitis, epididimis dan
striktur uretra.
Uretra gonorhoeal tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh Klamidia trakomatik atau Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien akan disuria tingkat sedang-parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit-sedang.
Uretra gonorhoeal tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh Klamidia trakomatik atau Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien akan disuria tingkat sedang-parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit-sedang.
5.Pemeriksaan diagnostic
·
urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan
sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.
·
Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebab
·
Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi
diindikasikan pada pielonefritis.
·
Sinar x ginjal, ureter dan
kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.
·
Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau
abnormalitas struktur.
m. Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual. Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilah kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
m. Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual. Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilah kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
6. Komplikasi
·
Infeksi ke atas: prostat, ductus
ejaculatorius, vesica seminalis, vas deferens, epididymis, dan buli.
·
Abses periurethral
·
Stricture ureter.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.Pengkajian
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
b. Obstruksi pada saluran kemih
c. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
d. Pemasangan kateter foley
e. Imobilisasi dalam waktu yang lama
f. Inkontinensia
g. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.
h. Dorongan
i. Frekuensi
j. Disuria
k. Bau urine yang menyengat
l. Nyeri biasanya pada suprapubik pada isk bawah dan sakit pada panggul pada isk atas (perkusi daerah kostovertebra untuk mengkaji nyeri tekan panggul)
2.Diagnosa keperawatan
·
Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
·
Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan
tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder
terhadap striktur
·
Resti terhadap
ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
pengobatan dan perawatan di rumah.
3.Intervensi
·
Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan
tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder
terhadap striktur.
Kriteria hasil: Individu
akan mengosongkan kandung kemih menggunakan manuver valsavas dengan residu ( dr 50 cc jika
diindikasikan mencapai suatu keadaan kekeringan di mana secara pribadi puas).
Intervensi :
Ø Ajarkan individu
menegangkan abdomen dan melakukan manuver valsavas, jika diindikasikan
Ø sandarkan ke depan pada
kedua paha
Ø kontrasikan otot abdomen
dan regangkan / tahan nafas sambil meregangkan (manuver valsavas)
Ø Tahan pegangan / nafas
sampai aliran urin berhenti, tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin.
Ø Lanjutkan sampai tidak
ada urin yang keluar.
a. Catat keluaran urin,
selidiki penurunan / penghentian aliran urin.
b. Observasi dan catat warna
urin,
c. Ukur residu pasca
berkemih setelah usaha mengosongkan kandung kemih, jika vol. residu urin lebih
besar dari 100 cc, jadwalkan program kateterisasi.
·
Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
Kriteria hasil : tidak
nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi daerah panggul.
Intervensi :
o
Pantu haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola
berkemih
( untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan).
( untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan).
o
Berikan analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya.
( analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri).
( analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri).
o
Berikan antibiotik, buat bervariasi sediaan minum, termasuk air
segar di samping tempat tidur dan pemberian air sampai 2400mL/hari.
( akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran perkemihan).
( akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran perkemihan).
o
Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses ke kamar mandi, pispot
tempat tidur. Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan.
(berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan bakteri )
(berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan bakteri )
·
Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang
kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.
Kriteria hasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, rencana pengobatan, tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
·
Berikan informasi tentang sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran atau kekambuhan, penjelasan pemberian antibiotik yang meliputi nama,
tujuan, dosisi, jadwal dan catat efek sampingnya.
( pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik).
( pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik).
·
Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk
perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk tindakan pencegahan.
( Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan).
( Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan).
·
Instruksikan pasien untuk menggunakan seluruh antibiotik yang
diresepkan, minum sebanyak delapan gelas per hari, khususnya air dan sari buah
berri, dan segera memberitahu dokter bila diduga ada infeksi.
( Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urine. Lingkungan asam membantu mencegah pertumbuhan bakteri. Deteksi dini memungkinkan pemberian terapi antibiotik sebelum infeksi menyebar).
( Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urine. Lingkungan asam membantu mencegah pertumbuhan bakteri. Deteksi dini memungkinkan pemberian terapi antibiotik sebelum infeksi menyebar).
4. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan
dari perencaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan
keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi
·
Nyeri berkurang
sampai dengan hilang
·
retensi urine tidak terjadi
·
klien menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana pengobatan, tindakan perawatan diri preventif
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E. Marilynn. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC
Tanbayong, Jan. 2000. Patofisiologi
untuk Keperawatan edisi 3. Jakarta :EGC
Engram, Barbara. 1987. Rencana Asuhan
Medikal Bedah 3. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar