ASUHAN
KEPERAWATAN TRAUMA URETER
A. Konsep
medik
1. Pengertian
Infeksi
saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya
invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).Infeksi
saluran
kemih
dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada
anak-anak
remaja,
dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata
wanita
lebih
sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 – 15 %.
Infeksi
saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri
terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti
refluks
vesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral
baru,
septikemia.
(Susan Martin Tucker, dkk, 1998)
Infeksi
traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal
dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak
antara
uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik
melindungi
pria
dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun
ketika
gangguan
ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari
traktus
urinarius.
2.anatomi fisiologi
Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari: a)
dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari
ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding
posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke
12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter
yang besar.
Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah a) memegang
peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, b) mempertahankan
suasana keseimbangan cairan, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa
dari cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein
ureum, kreatinin dan amoniak.
Fascia Renalis terdiri dari:
Fascia renalis terdiri dari a)
fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan c) kapsula yang
sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan
luar ginjal
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh
selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian
luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks
yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal
berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter
dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi
ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari
banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta
nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal,
ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin
1. Proses Filtrasi ,di glomerulus
terjadi penyerapan darah, yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring
disebut filtrate gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan
kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion
bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan
ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif
(reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang
terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan
ke luar.
Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta
abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan
kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis
kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi
ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus.
Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus
yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari
fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah
yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah
yang masuk ke ginjal.
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa
masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm,
dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan
sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat
(jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan
mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan
gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai
penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d
belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
1. Lapisan sebelah luar
(peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan
berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
Uretra
Merupakan saluran sempit yang
berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira
13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa (
terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya
kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di
sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3
lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan
kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan
otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan
longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.
Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ±
1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan
bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari
kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila
dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama
menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi
alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira
95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil
metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium,
NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan
kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama,
yaitu:
1. Kandung kemih terisi secara
progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang
batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan
mencetuskan tahap ke 2.
2. adanya refleks saraf (disebut
refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak
dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali
tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls
menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor
relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi
MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
.Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2
liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada
endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap
lakmus dengan pH rata-rata 6.
3.Etiologi
.
Bakteri (Eschericia coli)
.
Jamur dan virus
.
Infeksi ginjal
.
Prostat hipertropi (urine sisa)
4.Anatomi
Fisiologi
Sistem
perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya
membuang
limbah
dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang
mengangkut
kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
reservoir
bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar
tubuh
sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal
mengandung
lebih
dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk
tubuh, bahkan
satu
ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 %
dari
curah
jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Masing-masing ginjal mempunyai panjang
kira-kira 12
cm
dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa
kira-kira 150
gram
dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian
belakang
abdomen.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi
kanan. Ginjal
berbentuk
kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat
masuk
dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening,
saraf
dan
ureter.
Panjang
ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding
posterior
abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan
menembus
dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam
kandung
kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan
dan
menutup
ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung
kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di
dalam
pelvis,
bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di
atas pubis.
Peritenium
menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa
kantong
antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong
rektovesikal
pada
pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum
terdapat kavum
douglasi.
Uretra
pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi
maupun
perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya
sebagai
system
Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan
berjalan
turun
dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter
internal dan
external
pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol
volunter
kecuali
pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
5.Patofisiologi
Masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
a.
Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.
b.
Hematogen.
c.
Limfogen.
d.
Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Faktor-faktor
yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :
1.
Bendungan aliran urine.
1)
Anatomi konginetal.
2)
Batu saluran kemih.
3)
Oklusi ureter (sebagian atau total).
2.
Refluks vesi ke ureter.
3.
Urine sisa dalam buli-buli karena :
1)
Neurogenik bladder.
2)
Striktur uretra.
3)
Hipertropi prostat.
4.
Gangguan metabolik.
1)
Hiperkalsemia.
2)
Hipokalemia
3)
Globulinemia.
5.
Instrumentasi
1)
Dilatasi uretra sistoskopi.
6.
Kehamilan
1)
Faktor statis dan bendungan.
2)
PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.
Infeksi
tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik
dari
perineum
ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi
dapat
terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi
epitelium
traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme
pertahan
penjamu dan cetusan inflamasi.
Inflamasi,
abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap,
gangguan
status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan imunosupresi meningkatkan
resiko
infeksi
saluran kemih dengan cara mengganggu mekanisme normal.
Infeksi
saluran kemih dapat dibagi menjadi sistisis dan pielonefritis. Pielonefritis akut
biasanya
terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat
terjadi
melalui
infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik
dapat
terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang
mengidap batu,
obstruksi
lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis
(inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi
dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke
dalam kandung
kemih
(refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis
suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan
sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae
dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang
tidak
berhubungan
dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau
urea
plasma urelytikum.
Pielonefritis
(infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
tobulus
dan
jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai
kandung kmih melalui
uretra
dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri
jarang
mencapai
ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3
%.
Macam-macam
ISK :
1)
Uretritis (uretra)
2)
Sistisis (kandung kemih)
3)
Pielonefritis (ginjal)
Gambaran
Klinis :
Uretritis
biasanya memperlihatkan gejala :
1)
Mukosa memerah dan oedema
2)
Terdapat cairan eksudat yang purulent
3)
Ada ulserasi pada urethra
4)
Adanya rasa gatal yang menggelitik
5)
Good morning sign
6)
Adanya nanah awal miksi
7)
Nyeri pada saat miksi
8)
Kesulitan untuk memulai miksi
9)
Nyeri pada abdomen bagian bawah.
Sistitis
biasanya memperlihatkan gejala :
1)
Disuria (nyeri waktu berkemih)
2)
Peningkatan frekuensi berkemih
3)
Perasaan ingin berkemih
4)
Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5)
Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6)
Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
Pielonefritis
akut biasanya memperihatkan gejala :
1)
Demam
2)
Menggigil
3)
Nyeri pinggang
4)
Disuria
Pielonefritis
kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut, tetapi
dapat
juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.
6.Komplikasi
:
1)
Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2)
Gagal ginjal
7.Pemeriksaan
diagnostik
Urinalisis
1)
Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2)
Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
Bakteriologis
1)
Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102
– 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.Ê2)Biakan bakteri
2)
Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
8.Pengobatan
penyakit ISK
1)
Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
2)
Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan
penatalaksanaan
spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
3)
Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme
yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan
ke
belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
B.Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Dalam
melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh
yaitu
:
Data
biologis meliputi :
1)
Identitas klien
2)
Identitas penanggung
Riwayat
kesehatan :
1)
Riwayat infeksi saluran kemih
2)
Riwayat pernah menderita batu ginjal
3)
Riwayat penyakit DM, jantung.
Pengkajian
fisik :
1)
Palpasi kandung kemih
2)
Inspeksi daerah meatus
a)
Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b)
Pengkajian pada costovertebralis
Riwayat
psikososial :
.
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
.
Persepsi terhadap kondisi penyakit
.
Mekanisme kopin dan system pendukung
.
Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
1)
Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
2)
Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
2.Diagnosa
Keperawatan
1)
Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
2)
Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang
berhubungan
dengan ISK.
3)
Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
4)
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit,
metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
3.Perencanaan
1.
Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
Tujuan
: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan
tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria
Hasil :
1)
Tanda vital dalam batas normal
2)
Nilai kultur urine negative
3)
Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi
:
1)
Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
Rasional
:
Tanda
vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2)
Catat karakteristik urine
Rasional
:
Untuk
mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil
yang diharapkan.
3)
Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional
:
Untuk
mencegah stasis urine
4)
Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon
terapi.
Rasional
:
Mengetahui
seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5)
Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali
kemih.
Rasional
:
Untuk
mencegah adanya distensi kandung kemih
6)
Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional
:
Untuk
menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
2.
Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia)
yang
berhubunganm
dengan ISK.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan
pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria
:
1)
Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2)
Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3)
Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi
:
1)
Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional
:
Untuk
mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2)
Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional
:
Untuk
mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3)
Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional
:
Untuk
mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4)
Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
Rasional
:
Untuk
memudahkan klien di dalam berkemih.
5)
Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
Rasional
:
Supaya
klien tidak sukar untuk berkemih.
3.
Nyeri yang berhubungan dengan ISK
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa
nyaman
dan nyerinya berkurang.
Kriteria
Hasil :
1)
Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2)
Kandung kemih tidak tegang
3)
Pasien nampak tenang
4)
Ekspresi wajah tenang
Intervensi
:
1)
Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional
:
Rasa
sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2)
Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional
:
Klien
dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3)
Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional
:
Untuk
membantu klien dalam berkemih
4)
Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional
:
Analgetik
memblok lintasan nyeri
4.
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit,
metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda
gelisah.
Kriteria
hasil :
1)
Klien tidak gelisah
2)
Klien tenang
Intervensi
:
1)
Kaji tingkat kecemasan
Rasional
:
Untuk
mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2)
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional
:
Agar
klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan
3)
Beri support pada klien
Rasional
:
4)
Beri dorongan spiritual
Rasional
:
Agar
klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support
pada
klien
5)
Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional
:
Agar
klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.
4.Pelaksanaan
Pada
tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam 10
rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu
dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon
pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan
perawatan
(Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
5.Evaluasi
Pada
tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan
yang
hendak
dicapai yakni apakah terdapat :
1.
Nyeri yang menetap atau bertambah
2.
Perubahan warna urine
3.
Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes
setelah
berkemih.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar
FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
·
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan
fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
·
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi
Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
·
Snell, Richard S. 2006. Anatomi
Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar