Makalah
Askep Glomerulonefritis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal
ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa ( Buku Ajar Nefrologi Anak,
edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi
pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal
bilateral. Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai
proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi
seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal
ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827
sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi,
meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak
(akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak
menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia),
atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan
berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar
80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
B. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah
Glomerulonefritis akut. Dimana penyakit ini banyak di derita oleh anak yang
berusia 3-7 tahun.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan sumber ilmu pengetahuan bagi
pembaca dan masyarakat umum lainnya.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi,
etiologi, patologis serta Asuhan Keperawatan dari Glomerulonefritis itu
sendiri.
D. Metode Penelitian
Dalam pembuatan makalah ini, penulis melakukan
beberapa studi literatur dan selain itu dengan melakukan searching di internet.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat BAB, BAB I, II, dan III. Dimana BAB I
merupakan PENDAHULUAN yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah,
tujuan baik umum maupun khusus, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
Kemudian BAB II merupakan TINJAUAN TEORI yang dimulai dari definnisi Anatomi Fisiologi, definisi, Etiologi, Patogenesis, Klasifikasi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, dan
Penatalaksanaan.
Berikutnya adalah BAB III merupakan Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis Akut.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Glomerulus terdiri atas
suatu anyaman kapiler yang sangat khusus dan diliputi oleh simpai Bowman.
Glomerulus yang terdapat dekat pada perbatasan korteks dan medula
(“juxtame-dullary”) lebih besar dari yang terletak perifer. Percabangan kapiler
berasal dari arteriola afferens, membentuk lobul-lobul, yang dalam keadaan
normal tidak nyata , dan kemudian berpadu lagi menjadi arteriola efferens.
Tempat masuk dan keluarnya kedua arteriola itu disebut kutub vaskuler.
Gambar 1. Bagian-bagian nefron
Di seberangnya
terdapat kutub tubuler, yaitu permulaan tubulus contortus proximalis.
Gelung glomerulus yang terdiri atas anyaman kapiler tersebut, ditunjang oleh
jaringan yang disebut mesangium, yang terdi ri atas matriks dan sel
mesangial. Kapiler-kapiler dalam keadaan normal tampak paten dan lebar. Di
sebelah dalam daripada kapiler terdapat sel endotel, yang mempunyai
sitoplasma yang berfenestrasi. Di sebelah luar kapiler terdapat sel epitel
viseral, yang terletak di atas membran basalis dengan tonjolan-tonjolan
sitoplasma, yang disebut sebagai pedunculae atau “foot processes”. Maka
itu sel epitel viseral juga dikenal sebagai podosit. Antara sel
endotel dan podosit terdapat membrana basalis glomeruler (GBM =
glomerular basement membrane). Membrana basalis ini tidak mengelilingi seluruh
lumen kapiler. Dengan mikroskop elektron ternyata bahwa membrana basalis ini
terdiri atas tiga lapisan, yaitu dari arah dalam ke luar ialah lamina rara
interna, lamina densa dan lamina rara externa. Simpai
Bowman di sebelah dalam berlapiskan sel epitel parietal yang
gepeng, yang terletak pada membrana basalis simpai Bowman.
Gambar 2. Penampang glomerulus normal dengan mikroskop
cahaya.
Membrana basalis ini
berlanjut dengan membrana basalis glomeruler pada kutub vaskuler, dan dengan
membrana basalis tubuler pada kutub tubuler . Dalam keadaan patologik, sel
epitel parietal kadang-kadang berproliferasi membentuk bulan sabit (”
crescent”). Bulan sabit bisa segmental atau sirkumferensial, dan bisa
seluler, fibroseluler atau fibrosa.
Dengan mengalirnya darah ke dalam kapiler
glomerulus, plasma disaring melalui dinding kapiler glomerulus. Hasil
ultrafiltrasi tersebut yang bebas sel, mengandung semua substansi plasma
seperti ektrolit, glukosa, fosfat, ureum, kreatinin, peptida,
protein-protein dengan berat molekul rendah kecuali protein yang berat
molekulnya lebih dari 68.000 (seperto albumin dan globulin). Filtrat dukumpulkan
dalam ruang bowman dan masuk ke dalam tubulus sebelum meningalkan ginjal berupa
urin.
Laju filtrasi glomerulus (LFG) atau gromelural
filtration rate (GFR) merupakan penjumlahan seluruh laju filtrasi nefron yang
masih berfungsi yang juga disebut single nefron glomerular filtration rate (SN
GFR).besarnya SN GFR ditentuka oleh faktor dinding kapiler glomerulus dan gaya
Starling dalam kapiler tersebut.
Gambar 3. Filtrasi Glomerulus: Resistensi Vaskular dan Konduktivitas
Hidrolik.
B. Definisi
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal
ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa (Buku Ajar Nefrologi Anak,
edisi 2, hal.323, 2002). Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi
pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis
pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah
akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan
istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik
selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit
dan prognosis.
C.
Etiologi
Glomerulonefritis akut didahului oleh
infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit
oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29.
Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan
pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alas an timbulnya
glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina,diisolasinya kuman
streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti-
streptolisin pada serum penderita.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya
glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus
beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain,
tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi,
keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut
setelah infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis akut pasca streptococcus
adalah suatu sindrom nefrotik akut yang ditandai dengan timbulnya hematuria,
edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal. Gejala-gejala ini timbul
setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran
pernafasan bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut pasca
streptococcus terutama menyerang pada anak laki-laki dengan usia kurang dari 3
tahun.Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat.
Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi
oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan
bagian atas atau pada kulit, sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi saluran
pernafasan atas dan kulit dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan
perbaikan kesehatan masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi.
Glomerulonefritis akut dapat juga
disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan timah hitam tridion,
penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus
eritematosus.
D. Klasifikasi
a. Congenital
(herediter)
1. Sindrom
Alport
Suatu penyakit
herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif familial yang
seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti lentikonus anterior.
Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal
kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu
penelitian terhadap anak dengan hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi
ginjal, 11% diantaranya ternyata penderita sindrom alport. Gejala klinis yang
utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi
hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran nafas atas.
Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak
terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
2. Sindrom
Nefrotik Kongenital
Sinroma nefrotik
yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala proteinuria massif,
sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa minggu sampai
beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada hamper semua bayi pada saat
lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan
laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai
dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.
b. Glomerulonefritis
Primer
1. Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu
glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala yang
tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai glomerulonefitis
progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30
% berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata
dan sembab, sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom
nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran
pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira glomerulonefritis
akut pasca streptococcus atau nefropati IgA.
2. Glomerulonefritis
membranosa
Glomerulonefritis
membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan
obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B
dan lupus eritematosus sistemik. Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada
anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak dengan sindrom nefrotik. Umur rata-rata
pasien pada berbagai penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah
dilaporkan awitan pada anak dengan umur kurang dari 1 tahun. Tidak ada
perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom
nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan
hematuria terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%.
3. Nefropati
IgA (penyakit berger)
Nefropati IgA
biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik,
hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering dijumpai pada
kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi. Gejala
nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria
mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahului infeksi
saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan
imunisasi.
c. Glomerulonefritis
sekunder
Golerulonefritis
sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca
streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta
hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal
usia sekolah. Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan
hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembab mata atau sembab anasarka dan
hipertensi.
E. Manifestasi
Klinis
Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus
dan non glomerulus berdasarkan etiologi, histology, atau perubahan faal yang
utama. Dari segi klinis suatu kelainan glomerulus yang sering dijumpai adalah
hipertensi, sembab, dan penurunan fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis
biasanya telah dapat membedakan berbagai kelainan glomerulus dan non
glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis
pasti. Tanda utama kelainan
glomerulus adalah proteinuria, hematuria, sembab, hipertensi dan penurunan
fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara bersama
seperti misalnya pada sindrom nefrotik, gejala klinisnya terutama terdiri dari
proteinuria massif dan hipoalbuminemia, dengan atau tanpa sebab.
F. Komplikasi
- Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
- Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
- Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
- Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun.
G. Penatalaksanaan
1. Istirahat selama
1-2 minggu
2. Modifikasi diet.
3. Pembatasan cairan
dan natrium
4. Pembatasan protein bila BUN meningkat.
5. Antibiotika.
6. Anti hipertensi
7. Pemberian
diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali)
8. Bila anuria
berlangsung lama (5-7hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau hemodialisa
BAB III
ASKEP GLOMERULONEFRITIS AKUT
a. Pengkajian
1.
Riwayat kesehatan umum, meliputi gangguan atau penyakit yang lalu,
berhubungan dengan penyakit
sekarang. Contoh: ISPA
2.
Riwayat kesehatan sekarang, meliputi; keluhan/gangguan yang berhubungan dengan penyakit saat ini. Seperti; mendadak nyeri
abdomen, Pinggang, edema.
- PENGKAJIAN FISIK
1.
Aktivitas/istirahat
-
Gejala: kelemahan/malaise
-
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
-
Tanda: hipertensi, pucat,edema
3. Eliminasi
-
Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
-
Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat,
merah)
4. Makanan/cairan
-
Gejala: (edema), anoreksia, mual, muntah
-
Tanda: penurunan keluaran urine
5. Pernafasan
-
Gejala: nafas pendek
-
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi,
kedalaman (pernafasan kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
-
Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
-
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
b. Pemeriksaan Penunjang
Pada laboratorium
didapatkan:
-
Hb menurun ( 8-11 )
-
Ureum dan serum kreatinin meningkat.
( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau
1-2,8 mg/24jam, wanita = 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam, Sedangkan
Serum kreatinin : Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita =
44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl ).
-
Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
-
Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin Å,
Eritrosit Å,
leukosit Å)
-
Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)
c. Diagnosa Keperawatan
- Kelebihan voleme cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet kelebihan dan retensi cairan natrium
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,muntah,anoreksia, pembatasan diet dan perubahan mambran mukosa mulut
- Kurang pengetahuan tentang kondisidan penanganan
- Intoleransi aktivitas b/d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis
- Ganggua harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Rencana Intervensi dan Rasional
NO
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
DP I :
.a. Kaji status cairan :
b. Batasi
masukan cairan
|
|
2
|
DP II :
|
|
3
4
|
DP III :
DP IV :
|
|
5
|
DP V :
|
|
e. Evaluasi
- DP I :
- Menunjukan perubahan - perubahan berat badan yang lambat
- Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
- Menunjutkan turgo kulit normal tanpa oedema
- Menunjukan tanda – tanda vital normal
- Menunjukan tidak adanya distensi vena leher
- Meloporkan adanya kemudahan dalam bernafas/tidak terjadi nafas pendek
- Melakukan hyegiene oral dengan sering
- Melakukan penurun rasa haus
- Meloporkan berkurangnya kekeringan pada mambra mukosa mulut
- DP II :
- Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis yang tinggi
- Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet
- Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
- Mematuhi medikasi sesuai dengan jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang
- Menjelaskan dengan kata – kata sendiri rasinal pembatasan diet dan hubungan dengan kadar kreatinin dan urea
- Mengkosulkan daftar makanan yang dapat direrima
- Melaporkan peningkatan nafsu makan
- Menunjukan tidak adanya perlambatan / penurunan berat badan yang tempat
- Menunjykan turgor kulit yang normal/tanpa oedema, kadar albumin, plasma dapat diterima
- DP III :
- Menytakan hubungan antara penyebab glomerulonephritis akut dan konsekuensinya
o Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi
ginjal.
- Mempertahankan hubungan GNA dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata – kata sendiri
- Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk persiapan belajar
- Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin
- Menggukan informasi dan instruksi terrtulis untuk mengklasifikasikan pertanyaan dan mencari informasi tambahan.
- DP IV :
- Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
- Melaporkan rasa sejahtera
- Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
- Berpertisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih .
- DP V :
- Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang ejektif dan pdasaat ini tidak mungki lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat – obatan, penggunaan tenaga yang berlebihan)
- Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap penyakit dan perubahan hidup yuang diperlukan
- Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat GNA
- Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual
DAFTAR PUSTAKA
Arfin, Behrama Kliegman, 2000.
Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EEC
Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan
Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa
Keperawatan. Ed.8. Jakarta : EEC
Doengoes, Marilynn E, 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan. Ed.3. Jakarta : EEC
Mansjoer, Arif.dkk, 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Ed.3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. FKUI
Casino Review, Ratings, and Signup Bonuses - DrmCD
BalasHapusReview of the gambling site 경상북도 출장마사지 Casino.com, 하남 출장샵 This casino has a high deposit match bonus 전라북도 출장안마 on the 김제 출장샵 site. There is a generous 포항 출장마사지 bonus for new players,