Minggu, 15 Januari 2012

Penyakit paru-paru obstruksi menahun


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Medikal Bedah yang berjudul Asuhan Keperawatan PPOM ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi kritik dan masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
           
            Secara khusus, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Lukman selaku dosen mata ajar Konsep Medikal Bedah yang memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

            Kami menyadari pada makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna.






Palembang,  Mei 2011




                                                                                                    Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL  ……………………………………………………………….           1
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………          2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..           3

BAB I  PENDAHULUAN …….…………………………………………………….....      4
A.   Latar Belakang ..........................................................................................  4
B.   Tujuan Penulisan ..................................................................................... 4
C.   Metode dan Tehnik Penulisan ...............................................................  5
D.   Ruang Lingkup Penulisan ........................................................................           5
E.   Sistematika Penulisan ............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................   6
A. Pengertian .................................................................................................  6
B. Etiologi ......................................................................................................    6
C. Manifestasi Klinik .......................................................................................            6
D. Patofisiologi ...............................................................................................  7
E. Pathways ...................................................................................................   7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ………,,………………………………………..    8
A. Pengkajian ……………………………………………………………………...     8
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………………..    9
C. Intervensi Keperawatan ……………………………………………………….    9
D. Implementasi Keperawatan ……………………………………………………   13
E. Evaluasi ………………………………………………………………………....     13
BAB IV  PENUTUP …………………………………………………………………...      14
A.   Kesimpulan ..............................................................................................      14
B.   Saran .......................................................................................................     14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….....      15




BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu perubahan pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian bawah akut dan tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat. Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOM orang tua usia lanjut. Insiden PPOM usia lanjut yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi tahun 1990-1991 adalah sebesar 5,6% (Rahmatullah, 1994).
Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid. Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit (Price & Wilson, 1994 : 695)

B.  TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.  Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Lansia dengan Masalah Pernafasan (PPOM).
2.  Tujuan Khusus
ü Mahasiswa mengetahui tentang definisi dari PPOM pada lansia.
ü Mahasiswa mengetahui penyebab dari PPOM.
ü Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari PPOM.
ü Mahasiswa mengetahui Penatalaksanaan PPOM pada lansia.
ü Mahasiswa mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Fokus intervesi, dan Evaluasi dengan PPOM pada lansia.

C. METODE DAN TEHNIK PENULISAN
Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan proses keperawatan dengan dasar melalui studi pustaka.

D. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam makalah ini, kelompok kami hanya menguraikan Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan PPOM.

E.  SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode dan Teknik Penulisan
D. Ruang Lingkup Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Manifestasi Klini
D. Patofisiologi
E. Pathways
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN







BAB II
TINJAUAN TEORI
A.  PENGERTIAN
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu (Mansunegoro, 1992). Termasuk dalam kelompok PPOM adalah Bronkhitis Kronik, Emfisema Paru dan Asma :
Ø Bronkhitis Kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yangberlangsung secara 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut (Brunner dan Suddarth, 2002 : 600).
Ø Emfisema Paru didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar Bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli (Brunner dan Suddarth, 2002 : 602).
Ø Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Brunner dan Suddarth, 2002 : 611).

B.  ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi paru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan dll
Pengaruh dari masing-masing faktor-faktor resiko terhadap PPOM adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan dalam menimbulkan penyakit ini ( Dharmago & Martono, 1999 : 383 ).

C. MANIFESTASI KLINIK
1.  Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan
2.  iritan inhalan, udara dingin, atau infeksi.
3.  Sesak nafas dan dispnea.
4.  Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan
5.  dada mengembang.
6.  Hipoksia dan Hiperkapnea.
7.  Takipnea.
C. PATOFISIOLOGI
Faktor – faktor resiko yang telah disebutkan diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminal.Akibat dari kerusakan yang timbul akan terjadi obstruksi bronkus kecil atau bronkiolus terminal, yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.Udara yang pada saat inspirasi mudah masuk ke dalam alveoli, saat ekspirasi banyak yang terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara atau air trapping. Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibat – akibatnya.Adanya obstruksi dini saat awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi ( Dharmojo & Martono,1999 : 384 )

D. PATHWAY

Bronkhitis Kronik
Gangguan pergerakan udara dari dan keluar paru
Penumpukan lendir dan sekresi sangat banyak menyumbat jalan nafas
Jalan Nafas Bronkial menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir kedalam paru-paru
Obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli
Asma Bronkial
Emfisema Paru
Respon sistemis dan psikologis
-  Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
-  Resiko tinggi infeksi pernafasan

Peningkatan usaha dan frekuensi  pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan
Penurunan kemampuan batuk efektif
-       Kecemasan
-       Ketidaktahuan / Pemenuhan informasi
-  Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-  Gangguan pemenuhan ADL
Gangguan ertukaran gas
Keluhan psikososial, kecemasan, ketidaktahuan akan prognosis
Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise, kelemahan dan keletihan fisik
Peningkatan kerja pernafasan, hipoksemia secara reversible
Kematian
Resiko tinggi gagal nafas
 






















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.  PENGKAJIAN
Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada kegiatan sehari – hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan juga mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan yang merupakan faktor pendukung terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala yang muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi lainnya antara lain perjalanan penularan temperatur dan stress.
Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada, Respiratory Rate dan Pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum. Palpasi dan perfusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika mengauskultasi dinding dada pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas dalam tanpa adanya rasa pusing (dizzy) (Loukenaffe, M.A, 2000).
Hal-hal yang juga perlu dikaji adalah :
1.  Aktifitas / istirahat
Keletihan , kelemahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
2.  Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan darah,takikardi.
3. Integritas ego
Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan,peka rangsang Makanan / cairan
Mual / muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, turgor kulit buruk, berkeringat.
5. Higiene
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan.
6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan.
7. Keamanan
Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.
8.Seksualitas
Penurunan libido.
8.  Interaksi social
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan mobilitas fisik. (Doengoes, 2000 :152 ).

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM, antara lain:
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan sekunder, penyakit kronis.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disprisa, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.
6. Defisit pengetahuan tentang PPOM berhubungan dengan kurang informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat / keterbatasan kognitif ( Doenges, 2000).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi.
Tujuan : Mengefektifkan jalan nafas
Hasil yang diharapkan :
-  Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih / jelas
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misal : Batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi
Rasional
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misal : mengi, krekels, ronki.

Beberapa derajat bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: krekels basah (bronkhitis),bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema).
Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi mengi (emfisema)
takipnea ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan / selama stress / adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan ferkuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal: peninggian kepala tempat tidur, duduk dan sandaran tempat tidur.

Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, namun pasien dengan slifres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas.
Pertahankan polusi lingkungan minimum debu, asap dll
Pencitus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentrigen episode akut
Bantu latihan nafas abdomen / bibir

Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
Ajarkan teknik nafas dalam batu efektif

Batuk dapat menetap tetapi efektif khususnya bila pada lansia,sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi/kepala dibawah setelah perkusi dada
Berikan obat sesuai indikasi:
1.    Brokodilator mis, B-agonis, Epinefrin (adrenalin, vaponefrim)Ø albuterol (Proventil, Ventolin) terbulatin (Brethine, Brethaire), isoetarin (Brokosol, Bronkometer)
Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas mengi, dan produksi mukosa, obat-obat mungkin per oral, injeksi / inhalasi
2.  Xantin, mis aminofilin, oxtrifilin (Choledyl), teofilin (Bonkoddyl, Theo-Dur)

Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan meningkatkan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot / kegagalan pernafasan dengan meningkatkan kontraktilitis diafragma.
3.  Berikan humidifikasi tambahan mis nubuter nubuliser, humidiper aerosolØ ruangan dan membantu menurunkan / mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
Menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan membantu menurunkanb / mencegah pembentukan mukosa tebal pada bonrkus.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen
Tujuan : Memenuhi suplai oksigen pada tubuh.
Kriteria hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat yang bila dalam rentang normal + bebas gejala distres pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi.
Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafass bibir, ketidakmampuan bicara / berbincang..
Berguna dalam evaluasi distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi, dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.
Dorong mengeluarkan sputum : Penghisapan bila diindikasikan..
Kental, tebal, banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil, penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif
Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir / daun telinga) keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
Awasi tanda vital dan irama jantung

Taki karena, disritimia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
-  Awasi / gambaran seri GDA dan nadi, oksimetri
PaCO2. Biasanya meningkat (bronkhitis, emfisema) dan PaCO2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih / lebih besar. Catat : PaCO2 normal / meningkat menandakan kegagalan pernafasan yang akan datang selama osmatik.
-   Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
Dapat memperbaiki / mencegah buruknya hipoksia.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan sekunder, penyakit kronis.
Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi.
Kriteria hasil yang diharapkan :
- Menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
- Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi
Rasional
Awasi suhu
Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi
Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat.
Aktifitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadi infeksi paru.
Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum
Cegah penyebaran patogen melalui cairan.
Dorong keseimbangan antara aktifitas dan istirahat

Menurunkan konsumsi / kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
Kolaborasi
- Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk pewarnaan kuman gram kultur / sensitivitas.
Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti mikrobia.
- Berikan anti mikrobia sesuai indikasi

Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kulturdan sensitivitas, atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.
Tujuan : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien secara adekuat
Kriteria hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
- Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan / mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi
Rasional
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, evalusi BB dan ukuran tubuh.
Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat. Selain itu banyak pasien PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat status hipermetalik dengan meningkatkan kebutuhan kalori.
Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat..
Aktifitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadi infeksi paru
Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum
Cegah penyebaran patogen melalui cairan.
Dorong keseimbangan antara aktifitas dan istirahat.
Menurunkan konsumsi / kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan
Kolaborasi
- Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk pewarnaan kuman gram kultur / sensitivitas.
Dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti mikrobia.
- Berikan anti mikrobia sesuai indikasi
Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kulturdan sensitivitas, atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Penatalaksanaan untuk penderita PPOM usia lanjut, sebagai berikut :
1.  Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
2.  Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3.  Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi antimikrobia tidak perlu diberikan.
4.  Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator ( Aminophillin dan Adrenalin ).
5.  Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
a.  Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
b.  Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
c.   Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infus
6.  Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7.  Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran lambat : 1-2 liter/menit.
8.  Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang terperangkap.
9.  Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan energi.
10.   Tindakan “Rehabilitasi” :
a.  Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b.  Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang paling efektif baginya.
c.   Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmaninya.
d.  Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapat-dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
e.  Pengelolaan Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya (Dharmajo dan Martono, 1999: 385)

E.  EVALUASI
Fokus utama pada klien Lansia dengan PPOM adalah untuk mengembalikan kemampuan dalam ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia mungkin membutuhkan perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk memonitor kemampuan beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving, untuk mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan dalam rehabilitasi paru. Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik rehabilitasi yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus mempunyai pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya hidup mereka.(Leukenotte, M A, 2000 : 502)
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.PPOM terdiri dari kumpulan tiga penyakit yaitu Bronkitis kronik, Emfisema paru dan Asma.
2. Faktor resiko dari PPOM adalah : Merokok sigaret yang berlangsung lama, Polusi udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis kelamin, Ras, Defisiensi alfa-1 antitripsin, Defisiensi anti oksidan
3. Manifestasi klinik PPOM adalah pada Lansia, antara lain : Batuk yang sangat produktif, purulent, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalen, Sesak nafas, Hipoksia dan hiperkapnea, Takipnea, Dispnea yang menetap
4. Penatalaksanaan pada penderita PPOM : Meniadakan faktor etiologi dan presipitasi, Membersihkan sekresi Sputum, Memberantas infeksi, Mengatasi Bronkospasme, Pengobatan Simtomatik, Penanganan terhadap komplikasi yang timbul, Pengobatan oksigen, Tindakan ”Rehabilitasi”.

B. SARAN
1. Untuk Klien
Menghindari faktor resiko :
- Anjurkan klien untuk tidak merokok
- Anjurkan klien untuk cukup istirahat
- Anjurkan klien untuk menghindari allergen
- Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
- Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
2. Untuk keluarga
Memberikan dukungan :
- Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
- Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
- Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif









DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Dharmojo, R.Boedi dan H.Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
usia lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC.

WWW. Google. com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar