KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Konsep Medikal Bedah yang berjudul Asuhan Keperawatan PPOM ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi kritik dan
masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
Secara khusus, ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada Bapak Lukman selaku dosen mata ajar Konsep Medikal Bedah
yang memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari pada makalah ini
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun. Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna.
Palembang, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ………………………………………………………………. 1
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………… 2
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………….. 3
BAB
I PENDAHULUAN …….……………………………………………………..... 4
A. Latar
Belakang .......................................................................................... 4
B. Tujuan
Penulisan ..................................................................................... 4
C. Metode
dan Tehnik Penulisan ............................................................... 5
D. Ruang
Lingkup Penulisan ........................................................................ 5
E. Sistematika
Penulisan ............................................................................. 5
BAB
II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 6
A. Pengertian
................................................................................................. 6
B. Etiologi
...................................................................................................... 6
C. Manifestasi Klinik
....................................................................................... 6
D. Patofisiologi
............................................................................................... 7
E. Pathways
................................................................................................... 7
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN ………,,……………………………………….. 8
A.
Pengkajian ……………………………………………………………………... 8
B.
Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………….. 9
C.
Intervensi Keperawatan
………………………………………………………. 9
D.
Implementasi Keperawatan
…………………………………………………… 13
E.
Evaluasi ……………………………………………………………………….... 13
BAB
IV PENUTUP …………………………………………………………………... 14
A. Kesimpulan
.............................................................................................. 14
B. Saran
....................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………………………..... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada usia lanjut terjadi perubahan
anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem
pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh
status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial
ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. Menurut
ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu perubahan pola
penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian bawah akut dan
tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat.
Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOM orang tua usia
lanjut. Insiden PPOM usia lanjut yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi tahun
1990-1991 adalah sebesar 5,6% (Rahmatullah, 1994).
Penyakit paru-paru obstruksi menahun
(PPOM) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma
bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun
dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum
mukoid. Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi
biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang
lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim
dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai
usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan
tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam
jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun
timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul
hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian
biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit (Price & Wilson, 1994 : 695)
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep
dasar dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Lansia dengan Masalah
Pernafasan (PPOM).
2. Tujuan Khusus
ü Mahasiswa mengetahui tentang definisi
dari PPOM pada lansia.
ü Mahasiswa mengetahui penyebab dari
PPOM.
ü Mahasiswa mengetahui tanda dan
gejala dari PPOM.
ü Mahasiswa mengetahui Penatalaksanaan
PPOM pada lansia.
ü Mahasiswa mengetahui Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Fokus intervesi, dan Evaluasi dengan PPOM pada lansia.
C. METODE DAN TEHNIK
PENULISAN
Penulisan
makalah ini dengan menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan proses
keperawatan dengan dasar melalui studi pustaka.
D. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam makalah
ini, kelompok kami hanya menguraikan Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan PPOM.
E. SISTEMATIKA
PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode dan Teknik Penulisan
D. Ruang Lingkup Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Manifestasi Klini
D. Patofisiologi
E. Pathways
BAB III ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
Keperawatan
D. Implementasi
Keperawatan
E. Evaluasi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. PENGERTIAN
PPOM adalah kelainan paru yang
ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami
perubahan dalam masa observasi beberapa waktu (Mansunegoro, 1992). Termasuk dalam kelompok PPOM adalah
Bronkhitis Kronik, Emfisema Paru dan Asma :
Ø Bronkhitis Kronik didefinisikan sebagai
adanya batuk produktif yangberlangsung secara 3 bulan dalam satu tahun selama 2
tahun berturut-turut (Brunner dan Suddarth, 2002 : 600).
Ø Emfisema Paru didefinisikan sebagai
suatu distensi abnormal ruang udara diluar Bronkiolus terminal dengan kerusakan
dinding alveoli (Brunner dan Suddarth, 2002 : 602).
Ø Asma adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespons dalam
secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Brunner dan Suddarth, 2002 : 611).
B. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Timbulnya penyakit ini dikaitkan
dengan faktor-faktor resiko yang terdapat
pada penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang berlangsung
lama
2. Polusi udara
3. Infeksi paru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan dll
Pengaruh dari masing-masing
faktor-faktor resiko terhadap PPOM adalah saling memperkuat dan faktor merokok
dianggap yang paling dominan dalam menimbulkan penyakit ini ( Dharmago &
Martono, 1999 : 383 ).
C. MANIFESTASI
KLINIK
1. Batuk yang sangat produktif,
puruken, dan mudah memburuk oleh iritan
2. iritan inhalan, udara dingin, atau
infeksi.
3. Sesak nafas dan dispnea.
4. Terperangkapnya udara akibat hilangnya
elastisitas paru menyebabkan
5. dada mengembang.
6. Hipoksia dan Hiperkapnea.
7. Takipnea.
C. PATOFISIOLOGI
Faktor – faktor resiko yang telah
disebutkan diatas akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminal.Akibat dari
kerusakan yang timbul akan terjadi obstruksi bronkus
kecil atau bronkiolus terminal, yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.Udara
yang pada saat inspirasi mudah masuk ke
dalam alveoli, saat ekspirasi banyak yang terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara atau air
trapping. Hal inilah yang menyebabkan adanya
keluhan sesak nafas dengan segala akibat – akibatnya.Adanya obstruksi dini saat awal ekspirasi
akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi ( Dharmojo & Martono,1999 : 384 )
D. PATHWAY
Bronkhitis Kronik
|
Gangguan pergerakan udara dari dan keluar paru
|
Penumpukan lendir dan sekresi sangat banyak
menyumbat jalan nafas
|
Jalan Nafas Bronkial menyempit dan membatasi
jumlah udara yang mengalir kedalam paru-paru
|
Obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbon
dioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli
|
Asma Bronkial
|
Emfisema Paru
|
Respon sistemis dan psikologis
|
-
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
-
Resiko
tinggi infeksi pernafasan
|
Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, penggunaan otot bantu
pernafasan
|
Penurunan kemampuan batuk efektif
|
-
Kecemasan
-
Ketidaktahuan
/ Pemenuhan informasi
|
-
Perubahan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-
Gangguan
pemenuhan ADL
|
Gangguan ertukaran gas
|
Keluhan psikososial, kecemasan, ketidaktahuan
akan prognosis
|
Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak
adekuat, malaise, kelemahan dan keletihan fisik
|
Peningkatan kerja pernafasan, hipoksemia
secara reversible
|
Kematian
|
Resiko tinggi gagal nafas
|
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pernafasan dengan
klien PPOM yang didasarkan pada kegiatan sehari – hari. Ukur kualitas
pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan juga mengidentifikasi faktor sosial
dan lingkungan yang merupakan faktor pendukung terjadinya gejala. Perawat juga
mengidentifikasi type dari gejala yang muncul antara lain, tiba-tiba atau
membahayakan dan faktor presipitasi lainnya antara lain perjalanan penularan
temperatur dan stress.
Pengkajian fisik termasuk pengkajian
bentuk dan kesimetrisan dada, Respiratory Rate dan Pola pernafasan, posisi
tubuh menggunakan otot bantu pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan dan
bau sputum. Palpasi dan perfusi pada dada
diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan gerakan Fremitus, gerakan
dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika mengauskultasi dinding dada pada
dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup waktu untuk kenyamanan dengan
menarik nafas dalam tanpa adanya rasa pusing (dizzy) (Loukenaffe, M.A, 2000).
Hal-hal yang juga perlu dikaji
adalah :
1. Aktifitas / istirahat
Keletihan , kelemahan, malaise,
ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
2. Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah,
peningkatan tekanan darah,takikardi.
3. Integritas ego
Perubahan pola hidup, ansietas,
ketakutan,peka rangsang Makanan
/ cairan
Mual / muntah, anoreksia,
ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan,
turgor kulit buruk, berkeringat.
5. Higiene
Penurunan kemampuan / peningkatan
kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan.
6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan,
dispneu, penggunaan otot bantu
pernafasan.
7. Keamanan
Riwayat reaksi alergi / sensitif
terhadap zat atau faktor lingkungan.
8.Seksualitas
Penurunan libido.
8. Interaksi social
Hubungan ketergantungan, kurang
sistem pendukung, keterbatasan mobilitas fisik. (Doengoes,
2000 :152 ).
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim pada
lansia dengan PPOM, antara lain:
1. Ketidakefektifan jalan nafas
berhubungan dengan tertahannya
sekresi.
2. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kurangnya
suplai oksigen.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan in
adekuat pertahanan primer dan sekunder, penyakit kronis.
4. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan disprisa, kelemahan, efek samping
obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen, kelemahan, dispnea.
6. Defisit pengetahuan tentang PPOM
berhubungan dengan kurang informasi, salah
mengerti tentang informasi,
kurang mengingat / keterbatasan kognitif ( Doenges,
2000).
C. INTERVENSI
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan jalan nafas
berhubungan dengan tertahannya sekresi.
|
|
Tujuan : Mengefektifkan jalan
nafas
Hasil yang diharapkan :
-
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
/ jelas
- Menunjukkan
perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misal : Batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Auskultasi bunyi nafas, catat
adanya bunyi nafas, misal : mengi, krekels, ronki.
|
Beberapa derajat bronkus terjadi
dengan obstruksi jalan nafas dan tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas
adventisius, misal: krekels basah (bronkhitis),bunyi nafas redup dengan
ekspirasi mengi (emfisema).
|
Kaji / pantau frekuensi
pernafasan, catat rasio inspirasi mengi (emfisema)
|
takipnea ada pada beberapa derajat
dan dapat ditemukan pada penerimaan / selama stress / adanya proses infeksi
akut. Pernafasan dapat melambat dan ferkuensi ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi.
|
Kaji pasien untuk posisi yang
nyaman misal: peninggian kepala tempat tidur, duduk dan sandaran tempat
tidur.
|
Peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, namun pasien
dengan slifres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas.
|
Pertahankan polusi lingkungan
minimum debu, asap dll
|
Pencitus tipe reaksi alergi
pernafasan yang dapat mentrigen episode akut
|
Bantu latihan nafas abdomen /
bibir
|
Memberikan pasien beberapa cara
untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
|
Ajarkan teknik nafas dalam batu
efektif
|
Batuk dapat menetap tetapi efektif
khususnya bila pada lansia,sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif
pada posisi duduk tinggi/kepala dibawah setelah perkusi dada
|
Berikan obat sesuai indikasi:
1. Brokodilator mis, B-agonis,
Epinefrin (adrenalin, vaponefrim)Ø albuterol (Proventil, Ventolin) terbulatin (Brethine,
Brethaire), isoetarin (Brokosol, Bronkometer)
|
Merilekskan otot halus dan
menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas mengi, dan produksi
mukosa, obat-obat mungkin per oral, injeksi / inhalasi
|
2. Xantin, mis aminofilin, oxtrifilin
(Choledyl), teofilin (Bonkoddyl, Theo-Dur)
|
Menurunkan edema mukosa dan spasme
otot polos dengan meningkatkan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan
kelemahan otot / kegagalan pernafasan dengan meningkatkan kontraktilitis
diafragma.
|
3. Berikan humidifikasi tambahan mis
nubuter nubuliser, humidiper aerosolØ ruangan dan membantu menurunkan / mencegah pembentukan
mukosa tebal pada bronkus.
|
Menurunkan kekentalan sekret
mempermudah pengeluaran dan membantu menurunkanb / mencegah pembentukan
mukosa tebal pada bonrkus.
|
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan suplai oksigen
|
|
Tujuan : Memenuhi suplai oksigen
pada tubuh.
Kriteria hasil yang diharapkan :
-
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat yang bila
dalam rentang normal + bebas gejala distres pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program
pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji frekuensi kedalaman pernafasan,
catat penggunaan otot aksesori, nafass bibir, ketidakmampuan bicara /
berbincang..
|
Berguna dalam evaluasi distress
pernafasan dan kronisnya proses penyakit
|
Tinggikan kepala tempat tidur,
bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.
|
Pengiriman oksigen dapat
diperbaiki dengan posisi duduk tinggi, dan latihan nafas untuk menurunkan
kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.
|
Dorong mengeluarkan sputum :
Penghisapan bila diindikasikan..
|
Kental, tebal, banyaknya sekresi
adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil,
penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif
|
Kaji / awasi secara rutin kulit
dan warna membran mukosa
|
Sianosis mungkin perifer (terlihat
pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir / daun telinga) keabu-abuan
dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
|
Awasi tanda vital dan irama
jantung
|
Taki karena, disritimia, dan perubahan TD dapat menunjukkan
efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
|
Kolaborasi
- Awasi / gambaran seri GDA dan
nadi, oksimetri
|
PaCO2. Biasanya meningkat
(bronkhitis, emfisema) dan PaCO2 secara umum menurun, sehingga hipoksia
terjadi dengan derajat lebih / lebih besar. Catat : PaCO2 normal / meningkat
menandakan kegagalan pernafasan yang akan datang selama osmatik.
|
- Berikan oksigen tambahan yang
sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
|
Dapat memperbaiki / mencegah
buruknya hipoksia.
|
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan sekunder, penyakit
kronis.
|
|
Tujuan
: Mencegah terjadinya infeksi.
Kriteria
hasil yang diharapkan :
-
Menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu
-
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
-
Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang
aman.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Awasi suhu
|
Demam dapat terjadi karena infeksi
/ dehidrasi
|
Kaji pentingnya latihan nafas,
batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat.
|
Aktifitas ini meningkatkan
mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadi infeksi
paru.
|
Tunjukkan dan bantu pasien tentang
pembuangan tisu dan sputum
|
Cegah penyebaran patogen melalui
cairan.
|
Dorong keseimbangan antara
aktifitas dan istirahat
|
Menurunkan konsumsi / kebutuhan keseimbangan
oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
|
Kolaborasi
- Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk
pewarnaan kuman gram kultur / sensitivitas.
|
Dilakukan untuk
mengidentifikasikan organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti
mikrobia.
|
- Berikan anti mikrobia sesuai
indikasi
|
Dapat diberikan untuk organisme
khusus yang teridentifikasi dengan kulturdan sensitivitas, atau diberikan
secara profilaktik karena resiko tinggi.
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan efek samping obat,
produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.
|
|
Tujuan
: Memenuhi kebutuhan nutrisi klien secara adekuat
Kriteria
hasil yang diharapkan :
-
Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
-
Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan /
mempertahankan berat
yang tepat.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, evalusi BB dan ukuran tubuh.
|
Pasien distress pernafasan akut
sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat. Selain itu banyak
pasien PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan
membuat status hipermetalik dengan meningkatkan kebutuhan kalori.
|
Kaji pentingnya latihan nafas,
batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat..
|
Aktifitas ini meningkatkan
mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadi infeksi
paru
|
Tunjukkan dan bantu pasien tentang
pembuangan tisu dan sputum
|
Cegah penyebaran patogen melalui
cairan.
|
Dorong keseimbangan antara
aktifitas dan istirahat.
|
Menurunkan konsumsi / kebutuhan
keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi,
meningkatkan penyembuhan
|
Kolaborasi
- Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk
pewarnaan kuman gram kultur / sensitivitas.
|
Dilakukan untuk
mengidentifikasikan organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti
mikrobia.
|
- Berikan anti mikrobia sesuai
indikasi
|
Dapat diberikan untuk organisme
khusus yang teridentifikasi dengan kulturdan sensitivitas, atau diberikan
secara profilaktik karena resiko tinggi.
|
D. IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Penatalaksanaan untuk penderita PPOM
usia lanjut, sebagai berikut :
1. Meniadakan faktor etiologik atau
presipifasi
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan
pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan
antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi antimikrobia tidak perlu diberikan.
4. Mengatasi bronkospasme dengan
obat-obat bronkodilator ( Aminophillin dan
Adrenalin ).
5. Pengobatan simtomatik ( lihat tanda
dan gejala yang muncul )
a. Batuk produktif beri obat mukolitik
/ ekspektoran
b. Sesak nafas beri posisi yang nyaman
(fowler) , beri O2
c. Dehidrasi beri minum yang cukup bila
perlu pasang infus
6. Penanganan terhadap
komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang
memerlukan, O2 harus diberikan dengan
aliran lambat : 1-2 liter/menit.
8. Mengatur posisi dan pola bernafas
untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik
relaksasi dan cara-cara untuk
menyimpan energi.
10. Tindakan “Rehabilitasi” :
a. Fisioterapi, terutama ditujukan untuk
membantu pengeluaran secret bronkus.
b. Latihan pernafasan, untuk melatih
penderita agar bisa melakukan pernafasan
yang paling efektif baginya.
c. Latihan, dengan beban olah raga tertentu,
dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya.
d. Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan
terhadap penderita agar sedapat-dapat
kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
e. Pengelolaan Psikososial : terutama
ditujukan untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang dideritanya (Dharmajo dan Martono, 1999: 385)
E. EVALUASI
Fokus utama pada klien Lansia dengan
PPOM adalah untuk mengembalikan
kemampuan dalam ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan.
Klien Lansia mungkin membutuhkan perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga
termasuk memonitor kemampuan beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving,
untuk mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan dalam rehabilitasi
paru. Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik
rehabilitasi yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka
harus mempunyai pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya
hidup mereka.(Leukenotte, M A, 2000 : 502)
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. PPOM adalah kelainan paru yang ditandai
dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya
periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami
perubahan dalam masa observasi beberapa
waktu.PPOM terdiri dari kumpulan tiga penyakit yaitu Bronkitis kronik, Emfisema paru dan Asma.
2. Faktor resiko dari PPOM adalah : Merokok sigaret yang berlangsung lama, Polusi udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis
kelamin, Ras, Defisiensi alfa-1 antitripsin, Defisiensi
anti oksidan
3. Manifestasi klinik PPOM adalah pada
Lansia, antara lain : Batuk
yang sangat produktif, purulent, dan
mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalen, Sesak nafas, Hipoksia dan hiperkapnea, Takipnea, Dispnea
yang menetap
4. Penatalaksanaan pada penderita PPOM : Meniadakan faktor etiologi dan presipitasi, Membersihkan sekresi Sputum,
Memberantas infeksi, Mengatasi Bronkospasme,
Pengobatan Simtomatik, Penanganan terhadap komplikasi yang timbul, Pengobatan oksigen, Tindakan
”Rehabilitasi”.
B. SARAN
1.
Untuk Klien
Menghindari
faktor resiko :
-
Anjurkan klien untuk tidak merokok
-
Anjurkan klien untuk cukup istirahat
-
Anjurkan klien untuk menghindari allergen
-
Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
-
Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
2.
Untuk keluarga
Memberikan dukungan :
- Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian
pada klien
- Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi
klien
- Anjurkan keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.
Doengoes,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika
Dharmojo, R.Boedi dan H.Hadi Martono. 1999. Buku
Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
usia lanjut) edisi ke-3. Jakarta : EGC.
WWW.
Google. com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar