KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“EMBOLI CAIRAN KETUBAN” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
siapa saja yang membacanya.
Palembang, Mei 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
a.Latar
belakang……………………………………………………………
b.Tujuan Penulisan…………………………………………………………
BAB
II TINJAUAN TEORI
A.Konsep
Dasar Medis……………………………………………………………
a. Pengertian Emboli cairan
ketuban……………………………………..
b. Etiologi....................................................................................................
c. Faktor
risiko...........................................................................................
d. Epidemiologi..........................................................................................
e.
Tanda
dan Gejala...................................................................................
f.
Patofisiologi/Patoflow………………………………………………………
g.
Penatalaksanaan………………………………………………………..
h. Komplikasi……………………………………………………………..
B.Konsep
Dasar Keperawatan……………………………………………………..
a.Pengkajian………………………………………………………………...
b.Diagnosa………………………………………………………………….
c.Interverensi……………………………………………………………….
d.Implementasi………………………………………………………….. …
e.Evaluasi……………………………………………………………………
f.Health
Education.........................................................................................
BAB III PENUTUP
a.Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindrom
cairan ketuban adalah sebuah gangguan langka dimana sejumlah besar cairan
ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Cairan ketuban berisi sampah yang
dapat menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi
koagulasi. Hal ini dapat terjadi bila ada buakaan pada dinding pembuluh darah
dan dapat terjadi jika kelahiran melibatkan tenaga, wanita tua, sindrom janin
mati atau bayi besar. Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian ibu cepat.
Kasus EAK yang paling sering terjadi saat persalinan baik pervaginam maupun sesar,tidak ada yang bisa aman 100% dari resiko EAK.
Kasus EAK yang paling sering terjadi saat persalinan baik pervaginam maupun sesar,tidak ada yang bisa aman 100% dari resiko EAK.
1.2 Rumusan Masalah
-
Bagaimana konsep teoritis dari emboli cairan ketuban?
-
Bagaimana patofisiologi/ WOC dari emboli cairan ketuban?
-
Bagaimana asuhan keperawatan pada emboli cairan ketuban?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan
Umum
-
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan emboli cairan ketuban
1.3.2 Tujuan
Khusus
-
Mahasiswa mengetahui konsep teori dari cairan ketuban dan emboli cairan ketuban.
-
Mahasiswa mengetahui WOC emboli cairan ketuban.
-
Mahasiswa mengetahui pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan emboli cairan
ketuban
-
Mahasiswa mengetahui diagnosa dan intervensi yang muncul pada emboli cairan ketuban.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Konsep Dasar Medis
- Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam
yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses
persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit .
Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat
besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan
kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban )
.
- Janin besar intrauteri
Menyebabkan
rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat masuk melalui
pembuluh darah.
- Kematian janin intrauteri
Juga akan
menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan
akan menyubat aliran darah ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami
gangguan pernapasan karena cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan
menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera
dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.
- Menconium dalam cairan ketuban
- Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus
yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture uteri, hal
ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah
ibu, yang nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia,
dispue dan akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
- Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur
operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat
terjadi ketuban pecah dan masuk
ke pembuluh darah ibu.
3.FAKTOR RISIKO
Antara lain:.
Antara lain:.
- Meningkatnya usia ibu
- Multiparitas (banyak anak)
- Adanya mekoneum
- Laserasi serviks
- Kematian janin dalam kandungan
- Kontraksi yang terlalu kuat
- Persalinan singkat
- Plasenta akreta
- Air Ketuban yang banyak
- Robeknya rahim
- Adanya riwayat alergi atau atopi pada ibu
- Adanya infeksi pada selaput ketuban
- Bayi besar
4.EPIDEMIOLOGI
Emboli air
ketuban adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam
kehamilan.
Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 – 1:30.000 dan samapi saat ini mortalitas
maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85% meskipun telah diadakan
perbaikan sarana ICU dan pemahaman mengenai hal – hal ynag dapat menurunkan
mortalitas,kejadian ini masih tetap merupakan penyebab kematian ke III di
negara Berkembang.
5.TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda dan gejala yang
menunjukkan kemungkinan emboli cairan
ketuban:
v
Ketika mencapai paru – paru akan menyebabkan
penyumbatan kapiler paru-paru yang menyebabkan gangguan pada proses
respirasi,dengan gejala dispnea,takipnea,nyeri dada,sianosis,edema paru,dan
syok.
v
Dapat menyebabkan spasme kuat pembuluh kapiler
paru lalun terjadi pengurangan cardiac
output,hipertensi,bradikardi,serta nantinya akan berlanjut ke gagal jantung
kanan akut dan hipoksemia.
v
Berlanjut menjadi hilang kesadaran,hal ini
sekitar 25-50% dapat menyebabkan kematian dalam beberapa jam pertama (kematian
mendadak).
v
Kematian sering terjadi pada emboli cairan
amnion yang banyak mengandung debris partikel,misalnya: cairan amnion.Cepat
lambatnya ibu meninggal bergantung pada jumlah cairan ketuban yang masuk ke
sirkulasi ibu.
v
Reaksi anafilaktik mungkin terjadi emboli yang
berasal dari fetus merupakan benda asing di dalam tubuh ibu.
v
Pendarahan hebat (HPP) akibat darah sulit
membeku,karena adanya unsure tromboplastik dalam cairan amnion.Khususnya
pendarahan pada traktus genetalis dan daerah yang mengalami trauma.
v
Trombositopenia berat timbul dan khasnya darah
sulit membeku bila diberi thrombin atau maksimal membentuk bekuan kecil lalu
segera mengalami lisis sempurna.
v Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya
diastolik pada saat pengukuran (Hipotensi )
v Dyspnea, Batuk
v Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat
dari hipoksia.
v Janin Bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut
jantung janin dapat turun hingga kurang dari 110 denyut per menit (dpm). Jika
penurunan ini berlangsung selama 10 menit atau lebih, itu adalah Bradycardia.
Sebuah tingkat 60 bpm atau kurang lebih 3-5 menit mungkin menunjukkan
Bradycardia terminal.
v Pulmonary edema, Cardiac arrest.
v Rahim atony: atony uterus biasanya mengakibatkan pendarahan
yang berlebihan setelah melahirkan.Kegagalan rahim untuk menjadi perusahaan
dengan pijat bimanual diagnostik.
v Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya
penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.)
6.PATOFISIOLOGI
Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui
laserasi pada vena endoservikalis selama diatasi serviks, sinus vena
subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus bagian bawah. Kemungkinan saat
persalinan, selaput ketuban
pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang
tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya
berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi
darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi respon
inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau
syok sepsis. Selain itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan
sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke
jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan
paru-paru. Pada fase I, akibat
dari menumpuknya air ketuban
di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga
menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung menurun
akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan
pernafasan. Perempuan yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II.
Ini adalah fase perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim
atony dan Coagulation Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi
sekunder mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal.
Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan
amnion mencetuskan pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau
kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi
intravaskuler.
7.PENATALAKSANAAN
Walaupun pada awal perjalanan klinis emboli cairan
amnion terjadi hipertensi sistemik dan pulmonal, fase ini bersifat sementara.
Wanita yang dapat bertahan hidup setelah menjakani resusitasi jantung paru
seyogyanya mendapat terapi yang ditujukan untuk oksigenasi dan membantu
miokardium yang mengalami kegagalan. Tindakan yang menunjang sirkulasi serta
pemberian darah dan komponen darah sangat penting dikerjakan. Belum ada data
yang menyatakan bahwa suatu intervensi yang dapat mempermaiki prognosis ibu
pada emboli cairan amnion. Wanita yang belum melahirkan dan mengalami
henti jantung harus dipertimbangkan untuk melakukan tindakan seksio caesaria
perimortem darurat sebagai upaya menyelamatkan janin. Namun, bagi ibu yang
hemodinamikanya tidak stabil, tetapi belum mengalami henti jantung, pengambilan
keputusan yang seperti itu menjadi semakin rumit.
- Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ).
- Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan .
- Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
- Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
- Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat proses perbekuan.
- Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme ..
- Isoproternol menyebabkan vasodilatasi perifer, relaksi otot polos bronkus, dan peningkatan frekuensi dan kekuatan jantung. Obat ini di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg.
- Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
- Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan menghambat proses pembekuan.
- Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan.
- Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian trombosit.
- Defek koagulasi harus dikoreksi dengan menggunakan heparin / fibrinogen.
- Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah.
- Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung.
8.KOMPLIKASI
- Edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah jantung kanan.
- iskemik
- Ganguan pembekuan darah.
B.KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
1.Sirkulasi
a.
Tekanan darah
menurun/hipotensi.
b.
Jantung melambat pada
respons terhadap curah jantung.
c.
Bisa terjadi syok.
d.
Gagal jantung kanan
akut dan edema paru.
e.
Sianosis.
2.Makanan
cairan
a.
Kehilangan darah
normal akibat pendarahan.
b.
Nyeri dan
ketidaknyamanan,khususnya nyeri dada.
c.
Gangguan
pernapasan,takipnea.
3.Keamanan
a.
Dapat mengalami pecah
ketuban spontan tanpa berkontraksi.
b.
Peningkatan suhu
(infeksi pada adanya pecah ketuban lama).
c.
Cairan amnion
kehijauan karena ada mekonium.
d.
Perluasan episiotomi
atau laserasi jalan lahir.
e.
Peningkatan tekanan
intrauterus.
f.
Merupakan penyebab
utama kematian ibu intrapartum.
4.Genetalia
a.
Darah berwarna hitam
dari vagina
b.
Peningkatan pendarahan
vagina dan tempat yang mengalami trauma pada saat melahirkan.
Pemeriksaan
diagnostic
- Penggunaan kateter Swan Ganz intraarterial untuk memudahkan pengukuran tekanan darah dan memperoleh sampel darah serta instrument untuk mencatat tekanan darah sistemik,tekanan arteriapulmonalis,cardiac output,dan oksigenasi darah.
- Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia dan infeksi.
- Cek golongan darah dan factor Rh.
- Rasio lestin terhadap spingomielin (rasio L/S): menentukan maturitas janin.
- Ph kulit kepala menandakan derajat hipoksia.
- Ultrasonografi : menentukan usia gestasi,ukuran janin,gerakan jantung,janin,dan lokasi plasenta.
- Pelvemetri:identifikasi posisi janin.
2.DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
- Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan hipoksia jaringan.
- Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovelemia,penurunan aliran dari vena.
- Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada diri sendiri janin transmisi interpersonal.
- Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus pada paru – paru ibu.
- Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan mekanisme regulasi (patologi pada perpindahan cairan).
- Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan stasis vena.
- Risiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan hipoksia jaringan hiperkapnea atau infeksi.
3.INTERVENSI
KEPERAWATAN
1.Diagnosis 1:
Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan hipoksia jaringan
pendarahan dan profil darah abnormal.
Kriteria hasil :
- Menunjukan profil darah dan pemeriksaan koagulasi normal.
- Mempertahankan pengeluaran urine.
Intervensi
|
Rasional
|
||
Mandiri
|
|||
a.
|
Kaji jumlah
darah yang hilang,pantau tanda dan gejala syok.
|
a.
|
Pendarahan
berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup ibu dan mengakibatkan infeksi
post-partum,gagal ginjal,atau nekrosis hipofisis yang di sebabkan oleh
hipoksia jaringan dan malnutrisi.
|
b.
|
Pantau respons
yang merugikan pada pemberian produk darah seperti alergi dan hemolisis.
|
b.
|
Pengenalan dan
intervensi dini dapat mencegah situasi yang mengancam hidup.
|
c.
|
Periksa
petekie atau pendarahan gusi pada ibu
|
c.
|
Menandakan
perbedaan atau perubahan pada koagulasi.
|
d.
|
Catat
suhu,hitung sel darah putih,serta bau dan warna vagina.
|
d.
|
Memastikan
tidak terjadinya infeksi yang akan membahayakan janin dan ibu.
|
Kolaborasi
|
|||
e.
|
Dapatkan
golongan darah dan pencocokan silang.
|
e.
|
Meyakinkan
bahwa produk yang tepat akan tersedia bila diperlukan penggantian darah.
|
f.
|
Pantau pemeriksaan
koagulasi.
|
f.
|
Untuk
mengetahui terjadinya proses pembekuan darah,maka kadar fibrinogen harus
kurang dari 1 (x) mg/dl
|
g.
|
Berikan O2
dengan ventilasi mekanis jika ibu tidak sadar.
|
g.
|
Untuk
mengetahui kebutuhan O2 ibu.
|
h.
|
Berikan heparin bila diindikasikan.
|
h.
|
Heparin dapat
digunakan pada kasus kematian janin atau untuk memblok siklus pembekuan.
|
2.Diagnosis2:Penurunan
curah jantung yang berhubungan dengan hipovelemia,penurunan aliran dari vena.
Kriteria hasil :
COP dalam batas
normal.
Intervensi
|
Rasional
|
||
Mandiri
|
|||
a.
|
Pantau tekanan
darah dan nadi.
|
a.
|
Tekanan darah
dan nadi dapat memberikan gambaran dan penurunan curah jantung.
|
b.
|
Kaji tekanan
arteri rata-rata,kaji krekels,dan perhatikan frekuensi pernapasan.
|
b.
|
Edema paru
dapat terjadi pada perubahan tahanan vascular perifer dan penurunan pada
tekanan ostomik koloid plasma.
|
c.
|
Lakukan tirah
baring pada ibu dengan posisi miring ke kiri.
|
c.
|
Meningkatkan
aliran balik vena curah jantung dan perfusi ginjal/plasenta.
|
d.
|
Kaji perubahan
sensori cemas,depresi,dan bisa tidak sadar.
|
d.
|
Dapat
menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebal sekunder terhadap penurunan curah
jantung.
|
Kolaborasi
|
|||
e.
|
Pantau
parameter hemodinamik invasive.
|
e.
|
Memberikan
gambaran akurat dari perubahan vascular dan volume cairan.Peningkatan
hemokonsentrasi dan perpindahan cairan menurunkan curah jantung.
|
f.
|
Periksa nyeri
tekan betis,menurunya nadi pedal,pembengkakan,kemerahan local,pucat,dan
sianosis.
|
f.
|
Menurunnya
curah jantung,bendungan stasis vena,dan tirah baring lama meningkatkan risiko
tromboflebitis.
|
3.Diagnosis
3:Ansiestas yang berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada diri
sendiri/janin transmisi interpersonal.
Kriteria hasil:
a.Menggunakan
teknik pernapasan dan teknik relaksasi yang efektif.
b.Berpartisipasi
aktif dalamp proses melahirkan.
Intervensi
|
Rasional
|
||
Mandiri
|
|||
a.
|
Berikan
lingkungan tenang,po-
Sisikan ibu
untuk kenyamanan.
|
a.
|
Menurunkan
ketidaknyamanan,memfokus-kan perhatian ibu.
|
b.
|
Anjurkan orang
terdekat untuk tetap bersama ibu memberikan dukungan dan membantu sesuai
kebutuhan.
|
b.
|
Memungkinkan
partisipasi penuh dari orang pendukung,meningkatkan harga
diri,mem-pertahankan kedekatan keluarga,menurun-kan ansiestas,dan memberikan
bantuan professional.
|
c.
|
Tetap tinggal
dengan ibu,beri-kan informasi yang terus-menerus mengenai keadaan ibu jangan
ditinggal sendiri.
|
c.
|
Membantu
mengembangkan koping positif dan kerja sama menurunkan rasa takut yang
berkenaan dengan ketidaktahuan.
|
d.
|
Bantu keluarga
untuk dapat mengerti tentang informasi mengenai ibu,usahakan keluar-ga tetap
tenang.
|
d.
|
Membantu
mengurangi kecemasan keluarga dan menolong keluarga mengurangi perasaan
sedihnya.
|
Kolaborasi
|
|||
e.
|
Berikan
sedative sesuai anjuran.
|
e.
|
Dapat membantu
memperlambat kemajuan persalinan dan memungkinkan ibu mening-katkan control.
|
f.
|
Persiapkan
proses kelahiran emergensi.
|
f.
|
Banyak insiden
emboli cairan ketuban ini menyebabkan kematian pada bayi maupun ibu.
|
4.IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Implementasi
merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,mencakup tindakan
mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
5.EVALUASI
KEPERAWATAN
Merupakan hasil
perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
6.
HEALHT EDUCATION
A. Emboli cairan ketuban sangat jarang terjadi komplikasi kandungan yang tidak perlu untuk mempersiapkan klien untuk kemungkinan tersebut.
B. Setelah klien telah bertahan insiden semacam itu, perawat dapat menjelaskan apa yang diketahui tentang emboli cairan ketuban.
- komposisi cairan ketuban
- a. Hal partikulat menyebabkan emboli
- (1) sel skuamosa janin (dari pengelupasan kulit)
- (2) vernix vernix
- (3) lanugo
- (4) mekonium
(a) jika ketuban emboli cairan accompanise komplikasi lain, seperti plasenta abruptio, ada kejadian yang jauh lebih tinggi gawat janin dan bagian resultan dari mekonium
2. akses ke sirkulasi ibu
a. aminotic cairan biasanya dimuat di dalam rongga rahim dan dipisahkan dari sistem peredaran darah ibu
b. pengenalan cairan ketuban ke dalam sirkulasi ibu mungkin terjadi pada keadaan berikut
1. amnion dan korion terbuka, seperti yang terjadi dengan pecahnya kantung ketuban
2. ada urat rahim atau leher rahim terbuka, seperti terjadi dengan pemisahan plasenta
3. ada gradien tekanan yang cukup tinggi untuk memaksa cairan ketuban ke dalam sirkulasi ibu, seperti terjadi pada tenaga kerja yang sangat kuat atau dengan kontraksi berhubung dgn tetanus yang dihasilkan dari plasenta abruptio
3. emboli: obstruksi dari pembuluh paru dan gangguan pertukaran gas adalah machanism sama yang terjadi pada emboli apapun
a. aminotic cairan biasanya dimuat di dalam rongga rahim dan dipisahkan dari sistem peredaran darah ibu
b. pengenalan cairan ketuban ke dalam sirkulasi ibu mungkin terjadi pada keadaan berikut
1. amnion dan korion terbuka, seperti yang terjadi dengan pecahnya kantung ketuban
2. ada urat rahim atau leher rahim terbuka, seperti terjadi dengan pemisahan plasenta
3. ada gradien tekanan yang cukup tinggi untuk memaksa cairan ketuban ke dalam sirkulasi ibu, seperti terjadi pada tenaga kerja yang sangat kuat atau dengan kontraksi berhubung dgn tetanus yang dihasilkan dari plasenta abruptio
3. emboli: obstruksi dari pembuluh paru dan gangguan pertukaran gas adalah machanism sama yang terjadi pada emboli apapun
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Emboli cairan ketuban
merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi
darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Cara
masuknya cairan ketuban
Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena
endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan daerah
utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban.
Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini
mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. Etiologinya Kematian janin
intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan Usia lebih dari 30
tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban,
Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika emboli cairan
ketuban terjadi, maka
akan terjadi penyumbatan aliran darah ibu, lama-kelamaan akan mengalami
penumbatan diparu, bila meluas akan terjadi penyumbatan aliran darah ke
jantung, hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan di jantung, dan dapat
menyebabkan kematian, terutama pada wanita yang sudah tua.
Perdarahan juga
bisa terjadi, akibat emboli cairan
ketuban, sehingga pasien
akan mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi segera, pasien dapat
mengalami syok.
B. SARAN
Dengan makalah
ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan
keperawatan emboli cairan
ketuban, meskipun emboli cairan
ketuban jarang ditemukan,
namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan terjadinya emboli cairan ketuban,
sehingga secara tidak langsung dapat mengurango mortalitas ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
UNIV.1984.OBSTESTRI
PATOLOGI.Bandung:Elstar Offert Bandung
Oxom,Harry &
R.Forte,William.2003.ILMU KEBIDANAN PATOLOGI DAN FISIOLOGI PERSALINAN.Jakarta:Medica
Mitayani.2009.Asuhan
Keperawatan Maternitas.Jakarta:Medica
Macdonald
Grant,Cuningham.1995.Obstetri Williams Edisi 18.Jakarta:EGC
Gary Gunningham
F.2006.Obstetri Williams Edisi.21 Vol1.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar