BAB I
PENDAHULUAN
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada
balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti
seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali
setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan
akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran
pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa
bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan
dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat
dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan
mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung
dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi
oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran
pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga
benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common
cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau
coronavirus. Penyakit ini dapat disertai
demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran
udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
ISPA
merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran
pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput
paru. ISPA meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Sebagian
besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap
enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan
anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
Menurut
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibedakan atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi
dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik
penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan
terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro
kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada
semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
2. Jenis Jenis
ISPA
Program
Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
- Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
- Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
- Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
- Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
- Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
- Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
- Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
- ukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
3. Tanda – Tanda Bahaya ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran
pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam
perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin
berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal.
Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan
agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat
berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis ISPA
·
Pada
sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
·
Pada
sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
·
Pada
sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
·
Pada
hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris ISPA
·
hypoxemia,
·
hypercapnia
dan
·
acydosis
(metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak
golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang,
kesadaran menurun, stridor, Wheezing
4. Penatalaksanaan
Kasus ISPA
Penemuan
dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat
pada pengobatan penyakit ISPA) . Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan
obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula
petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan
ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
A.
Upaya
pencegahan
Pencegahan
dapat dilakukan dengan :
·
Menjaga
keadaan gizi agar tetap baik.
·
Immunisasi.
·
Menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan.
·
Mencegah
anak berhubungan dengan penderita ISPA.
B.
Pengobatan
dan perawatan
·
Prinsip
perawatan ISPA antara lain :
·
Menigkatkan
istirahat minimal 8 jam perhari
·
Meningkatkan
makanan bergizi
·
Bila
demam beri kompres dan banyak minu
·
Bila
hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
·
Bila
badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
·
Bila
terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Pengobatan antara lain :
·
Mengatasi
panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
·
Mengatasi
batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
PENGKAJIAN :
IDENTITAS PASIEN
Nama :
Umur:
Jenis kelamin :
Agama :
Suku :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Tanggal MRS :
Pengkajian :
Penanggung jawab :
Regester :
Diagnosa masuk :
Alamat :
II.RIWAYAT KESEHATAN
II.RIWAYAT KESEHATAN
1.Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, batuk , pilek,
sakit tenggorokan
2. Riwayat penyakit sekaran
Dua hari sebelumnya klien mengalami
demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
Dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek
dan sakit tenggorokan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit keluarga
Menurut pengakuan klien,anggota
keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut
5. Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal
di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
III. PEMERIKSAAN FISIK
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik di fokuskan pada
pengkajian sistem pernapasan :
1. Pengkajian tanda – tanda vital
dan kesadaran klien
2. Inspeksi :
·
Membran
mucosa hidung faring tampak kemerahan
·
Tonsil
tanpak kemerahan dan edema
·
Tampak
batuk tidak produktif
·
Tidak
ada jaringna parut pada leher
·
Tidak
tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea,
dan hiperventilasi
3. Palpasi
·
Adanya
demam
·
Teraba
adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis
·
Tidak
teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
4. Perkusi
Suara paru normal (resonance)
5. Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak
terdengar ronchi pada kedua sisi paru
IV. PEMERIKSAASN PENUNJANG
Tanggal :
HB :
LED :
Hematokrit :
Trombosit :
MCV :
MCH :
MCHC :
Diff Count :
Urien PH :
Ureum :
Kreatinin :
SGOT :
SGPT :
Na :
Kalium :
Cl :
AGD :
PCO2 :
Radiologi :
ECG :
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
I.
Peningkatan
suhu tubuh bd proses inspeksi
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ C
INTERVENSI
INTERVENSI
1.
Observasi
tanda – tanda vital.
2.
Anjurkan
pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada kepala /
axial.
3.
Anjurkan
klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
4.
Atur
sirkulasi udara.
5.
Anjurkan
klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.
6.
Anjurkan
klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit.
7.
Kolaborasi
dengan dokter :
8.
Dalam pemberian therapy, obat
antimicrobial
9.
Antipiretika
RASIONALISASI
1.
Pemantauan
tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
2.
Degan
menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas
dengan bahan perantara .
3.
Proses
hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan
menyerap keringat.
4.
.Penyedian
udara bersih.
5.
Kebutuhan
cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
6.
Tirah
baring untuk mengurangi metabolism dan panas.
7.
Untuk
mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas
Menurunkan panas
II.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
Tujuan :
·
klien
dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
·
klien
dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
·
Tidak
menunujukan tanda malnutrisi.
INTERVENSI
1.
Kaji
kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
2.
Berikan
makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
3.
Beriakan
oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan
ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.
4.
Tingkatkan
tirai baring.
5.
Kolaborasi
6.
Konsul
ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
RASIONAL
1.
Berguna
untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
2.
Untuk
menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total
3.
Nafsu
makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.
4.
Untuk
mengurangi kebutuhahan metabolic
5.
Metode
makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu
untuk memberikan nutrisi maksimal.
III.
Nyeri
akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
INTERVENSI
1.
Teliti
keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk
atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
2.
.Anjurkan
klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia,
asap,rokok. Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.
3.
Anjurkan
untuk melakukan kumur air garam hangat
4.
Kolaborasi
5.
Berikan
obat sesuai indikasi
6.
Steroid
oral, iv, & inhalasi
7.
analgesik
RASIONAL
RASIONAL
1.
Identifikasi
karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke
efektifan dari terapi yang diberikan.
2.
Mengurangi
bertambah beratnya penyakit.
3.
Peningkatan
sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
4.
Kortikosteroid
digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamine dalam
inflamadi pernapasan.
5.
Analgesic
untuk mengurangi rasa nyeri
IV.
Resiko
tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun)
Tujuan :
·
tidak
terjadi penularan
·
tidak
terjadi komplikasi
INTERVENSI
1.
Batasi
pengunjung sesuai indikasi
2.
Jaga
keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
3.
Tutup
mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera
ketempat sampah
4.
Tingkatkan
daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan
jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang
5.
Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur
Pemberian obat sesuai hasil kultur
RASIONAL
1.
Menurunkan
potensial terpalan pada penyakit infeksius.
2.
Menurunkan
konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien terhadap
infeksi, meningkatkan penyembuhan.
3.
Mencegah
penyebaran pathogen melalui cairan
4.
Malnutrisi
dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
5.
Dapat
diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitifitas / atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM
& PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta.
1992.
Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan
Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan
Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien
Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3.
Jakarta: EGC.1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar