KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat ramhat
dan karuniNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan
Mediakal Bedah, yang berjudul ”Diabetes Insipidus” dalam bentuk makalah.
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Medikal Bedah. Dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak.Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikaan
Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan,baik dari segi bahasa maupun
penyusunannya.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dan mendidik demi perbaikan,perkembangan dan kesempurnaan
makalah ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua,khususnya Mahasiswa/i.
Palembang, Mei 2011
Penulis
KONSEP
DASAR MEDIS
1. Pengertian
Diabetes
insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan yang diakibatkan oleh berbagai
penyebab yang mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-renal
reflex, sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air.( Aru
W. Sudoyo 2006)
Diabetes
Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon antidiuretik
yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah
besar air kemih yang sangat encer (poliuri).
2. Anatomi
fisiologi
3. Etiologi
a. Ideopatik
b. Kegagalan
pelepasan Hormon ADH
c. Infeksi
(Meningitis, ensefalitis)
d. Tumor
e. Obat-obatan
4. Manifestasi
Klinik
a. Poliuria
b. Polidipsia
5. Klasifikasi
diabetes insipidus
a. Diabetes
insipidus Sentral
b. Diabetes
insipidus Nefrogenik
6. Patofisiologi
a.
Diabetes Insipidus Sentral
Diabetes
insipidus sentralis disebabkan oleh kegagalan pelepasan ADH yang secara
fisiologis dapat merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan secara anatomis,
keadaan ini terjadi akibat kerusakan nukleus supra optik, paraventrikular dan
filiformis hypotalamus yang mensintesis ADH. Selain itu diabetes insipidus
sentral juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH polifisealis dan akson
hipofisis posterior dimana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan kedalam
sirkulasi jika dibutuhkan.
Secara biokimia,
diabetes insipidus sentral terjadi karena tidak adanya sintesis ADH dan
sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup
tapi merupakan ADH yang tidak dapat berfungsi sebagaimana ADH yang normal.
Sintesis neorufisin suatu binding protein yang abnormal, juga menggangu
pelepasan ADH. Selain itu diduga terdapat pula diabetes insipidus sentral
akibat adanya antibody terhadap ADH. Karena pada pengukuran kadar ADH dalam
serum secara radio immunoassay, yang menjadi marker bagi ADH adalah neurofisisn
yang secara fisiologis tidak berfungsi, maka kadar ADH yang normal atau meningkat
belum dapat memastikan bahwa fungsi ADH itu adalah normal atau meningkat.
Dengan demikian pengukuran kadar ADH sering kurang bermakna dalam menjelaskan
patofisiologi diabetes insipidus sentral.
Termasuk dalam
klasifikasi CDI adalah diabetes insipidus yang diakibatkan oleh kerusakan
osmoreseptor yang terdapat pada hypotalamus anterior dan disebut Verney’s
osmareseptor cells yang berada di luar sawar darah otak.
b. Diabetes Insipidus Nefrogenik
Istilah diabetes
insipidus nefrogenik (NDI) dipakai pada diabetes insipidus yang tidak responsif
terhadap ADH eksogen. Secara fisiologis NDI dapat disebabkan oleh :
1. Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotik dalam medulla
renalis
2. Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan di mana ADH berada dalam jumlah
yang cukup dan berfungsi normal
1. Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotik dalam medulla
renalis
2. Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan di mana ADH berada dalam jumlah
yang cukup dan berfungsi normal
7. Pemeriksaan
diagnostic
Pemeriksaan khusus
untuk menegakkan diagnosis diabetes
insipidus
a. Hickey-Hare
atau Carter-Robbins test
Pemberian infuse
larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan menurunkan jumlah
urin sedangkan pada diabetes insipidus urin akan menetap atau bertambah.
b. Fluid
deprivation menurut Martin Goldberg
1. Sebelum
pengujian pasien diminta untuk mengosongkan kandung kencing nya kemudian
ditimbang berat badannya, diperiksa volume dan berat jenis atau osmolalitas
urin pertama, pada saat ini diambil sampel plasma untuk diukur osmolalitasnya.
2. Pasien
diminta buang air kecil sesering mungkin setiap jam, pasien ditimbang setiap
jam bila dieresis lebih dari 300 ml/jam atau setiap 3 jam bila dieresis kurang
dari 300 ml/jam.
3. Setiap
sampel urin disimpan dalam botol yang tertutup dan tersimpan dikulkas.
4. Pengujian
dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4%.
Pengujian ini
dilanjutkan dengan:
1. Uji
nikotin
2. Uji
vasopressin
Pada orang normal akan
terjadi peningkatan osmolalitas urin maksimal smapai 1000 mOsol/kg berat badan.
Tidak adanya peningkatan osmolalitas lebih lanjut setelah pemberian nikotin dan
vasopressin menunjukkan adanya stimulasi pelepasan ADH yang maksimal dan respon
ginjal yang maksimal terhadap ADH.
8. Penatalaksanaan.
Pengobatan diabetes
insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkan pada pasien DIS
dengan mekanisme rasa haus yang utuh tidak diperlukan terapi apa-apa selama
gejala nokturia dan poliuria tidak mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari,
tetapi pasien dengan gangguan pada pusat rasa haus diterapi dengan pengawasan
yang tepat untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Obat-obatan yang biasa
dipakai adalah :
a. Diuretik-Tiazid
b. Klopropamid
c. Klofibrat
d. Karbamazepin
9. Komplikasi
: Dehidrasi
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Keperawatan
a. Riwayat
trauma kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat,
infeksi kranial, tumor paru, mamae, riwayat keluarga menderita kerusakan
tubulus ginjal atau penyakit yang sama.
b. Pemeriksaan
fisik Gastro intestinal : polidipsi, BB turun Kardiovaskular : tanda dehidrasi(
nadi cepat, TD turun, dll) Respirasi : tanda dehidrasi ( napas cepat, pucat )
Renal : poliuria 5-30 lt/hari, sering berkemih, nocturia Integumen: membran
mukosa dan kulit kering, turgor tidak elastic
c. Pemeriksaan
penunjang: Hiperosmolar serum Hipoosmolar urine BJ urine kurang dari 1.005
Gangguan elektrolit.
2. Diagnosa
Keperawatan.
a. Kurangnya volume cairan bd ketidakmampuan
tubulus ginjal mengkonsen-trasikan urine sekunder tidak adanya ADH
b. Kurangnya
pengetahuan bd tidak adanya informasi tentang proses penyakit, tindakan dan
perawatan diri
3. Rencana
Keperawatan
1. Kurangnya
volume cairan bd ketidakmampuan tubulus ginjal mengkonsen-trasikan urine
sekunder tidak adanya ADH
KH :
Intake output seimbang Intake kurang dari 2500 ml/hari Output urine lebih atau sama 100 ml/jam, intervensi :
KH :
Intake output seimbang Intake kurang dari 2500 ml/hari Output urine lebih atau sama 100 ml/jam, intervensi :
a. Berikan
intake cairan peroral
b. Berkan terapi cairan sesuai program
c. Monitor intake output tiap 2 jam
d. Ukur BB tiap hari
e. Cek/analisis BJ urine
f. Kaji tanda hipovolume: tachicardi, turgor
kulittak elestis, denut nadi lemah, TD turun, kulit dingin, mukosa kering,suhu
tubuh naik, perubahan status mental
g. Berikan
ADH terapi sesuai program
h. Observasi efek ADH: hipertensi, nyeri dada,
cram uterus, peristaltik naik, overhidrasi, sakit kepala.
2. Kurangnya
pengetahuan bd tidak adanya informasi tentang proses penyakit, tindakan dan
perawatan diri.
KH : Klien mengatakan mengetahui tentang :
penyakit pengobatan gejala-gejala yg dilaporkan perlunya memakai tanda pengenal cara mengukur intake output dan urine, intervensi:
KH : Klien mengatakan mengetahui tentang :
penyakit pengobatan gejala-gejala yg dilaporkan perlunya memakai tanda pengenal cara mengukur intake output dan urine, intervensi:
Jelaskan konsep penyakit
a. Berikan penkes tentang nama obat, dosis, waktu
dan cara pemakian, efek samping, cara mengukur BJ urine dan intake output
b. Anjurkan memperhatikan intake output.
c. Berikan penjelasan supaya tidak minum kopi,
alkohol dan teh.
d. Anjurkan
kontrol secara teratur.
e. Jelaskan perlunya memakai tanda pengenal.
DAFTAR PUSTAKA
Waspadji,
Sarwono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid
1. Jakarta: FKUI
Sudoyo,
Aru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III. Jakarta: FKUI
Bruner
dan Sudart. 2000. Buku Saku Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar