ASKEP
DHF ( Dangue
Haemorrhagic Fever )
A.
Konseop Dasar Medik
1.
Definisi
Dangue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF terutama menyerang anak remaja dan
dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita (Christantie Effendy,
SKP) Perawatan Pasien DHF 1995.
2.
Anatomi
Darah
Suatu Jaringan
tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu
keadaannya tidak tetap tergantung pada benyaknya O2 dan CO2
didalamnya.
Darah yang banyak
mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah
diambil dengan jalan bernapas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran / metabolime didalam tubuh.
Darah selamanya
beredar didalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung dan selama
berada dalam pembuluh darah maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari
pembuluh darah maka ia akan menjadi neku kedalam darah tersebut sedikit obat
anti pembekuan / sitras natrikus. Dan keadan ini sangat berguna apabila darah
tersebut diperlukan untuk tranfusi darah.
Volume darah
secara keseluruhan kira-kira merupakan ½ berat badan atau kira-kira 5 liter.
Sekita 55%nya adalah cairan, sedangkan 45 % sisanya terdiri atas sel darah.
Angka ini dinyatakan dalam nilai hematoktit atau volume sel darah yang
dopadatkan yang berkisar antara 40 sampai dengan 47.
Diwaktu sehat volume
darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan oskotik
dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Susunan darah : Serum darah atau plasma
terdiri dari :
Air : 91,0 %
Protein : 8,0 % (albumin, globulin, protrombin, dan
fibrielogen).
Meneral : 0,9 % (Natrium Khlorida, natrium bikarbonat,
garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan besi dan seterusnya.
Sisanya diisi
olehs ejumlah bahan organik yaitu glukoese lemak, urea, asam urat, kreatinin,
kholesterol dan asam amino.
Plasma juga berisi :
Gas – Oksigen dan karbon
dioksida
Enzim dan
Antigen
Sel darah terdiri dari toge jenis :
Eritrosit atau sel darah merah
Lekosil atau sel darah putih,
dan
Trombosit atau butir pembeku.
Sel darah merah /
eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, sekung pada kedua sisinya, sehingga
dilihta dari samping nampak seperti 2 buah blan sabil yang saling bertolak
belakang. Dalam setiap melimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah.
Kalau dilihat
warnanya kuning tua pucat strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma
berisi massa hemaglobin.
Sel darah merah
dibentuk didalam sum-sum tulang, terutama tulang, dari tulang pendek, pipih dan
tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujuang tulang pipa dan dari sum-sum
dalam dabatang 19a-19a dan dari sternum.
Rata-rata panjang
hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dab dihancurkan dalan
sistema retikuloendotelial, terutam dalam limpa dan hati. Globin dari
hemaglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalm
jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk
digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi.
Sisa hem dari
hemoglobin diubah menjadi bilirubin. (pigmen kuning0 dan biliverdin yaitu yang
berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin
yang rusak pada luka memar.
Hemoglobin ialah
protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah
kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut 100 %.
Dalam beberapa bentuk anemia parah, kadar itu bisa dibawah 30 % atau 5 gram
setiap 100 ml.
Golongan darah
kalau darah dari golongan yang bertentangan ditranfusikan akan mengakibatkan
bahan dalam plasma yang bernama agglutinin menggumpal dan juga terjadi
hemolisisi (memecahnya) sel darah merah.
Sistem ABO menurut
landsteiner didasatkan atas adanya angglutinin dalam darah. Empat golongan
utama yang ditemukan adalah :
Golongan AB ada
pada 3.0 %
Golongan A ada
pada 42.0 %
Golongan B ada
pada 8.5 %
Golongan O ada
pada 46.55 %
(Menurut
penyelidikan pada rakyat Inggris)
Dipandang dari donor darah :
Golongan AB dapat memberi
darah pada AB
Golongan A kepada A dan AB
Golongan B kepada B dan AB
Golongan O adalah donor umum
untuk semua golongan.
Resipien
Golongan AB adalah resipien
umum
Golongan A dapat menerima dari
golongan A dan O
Golongan B dapat menerima dari
golongan B dan O
Golongan O dari O
Sel darah putih
warnanya bening dak tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah,
tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap melimeter kubik darah terdapat 6.000
sampai dengan 10.000 (rata-rata 8000) sel darah putih.
Granulosit atau
sel folimorfonuklear merupakan hampir 75 % dari seluruh jumlah sel darah putih.
Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan pratoplasmanya berbulir.
Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit.
Kekurangan
granulosit disebut granulositopenia. Tidak adanya granulosit dsebut
agnanulositosis yang dapat timbul setelah makan obat tertentu, termasuk
beberapa antibiotika.
Sel netrofil
paling banyak dijumpai warnanya netral, atau campuran perwarna asan dan basa,
dan tambah berwarna ungu.
Sel eosinofil
paling sedikit dijumpai.s el ini menyerupai pewarna yang bersifat asam (eosin)
dan kelihatan merah. Limfosit membentuk 25 % dari seluruh sel darah putih.
Selain itu sel-sel berukuran lebih besar (kira-kira sebanyak 5 % yang disebut
monosit.
Fungsi sel darah
putih ialah granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan
badan terhadap mikroorganisme. Melalui mikroskop dapat dijumpai sebanyak 10-20
mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit.
Leukositosis ialah
istilah yang menunjukkan penambahan jumlah keseluruhan sel putih dalam darah,
yaitu kalau penambahan melalui 10.000 butir per milimeter kubik.
Leukopenia berarti
berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5000 / kurang.
Limfositosis ialah
petumbuhan jumlah limfosit.
Agranulositosis
ialah suatu penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfonuklear secara
menyokol.
Trombosit adalah
sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah, terdapat 300.000
trombosit dalam setiap milimeter kubik darah.
Sel darah merah 4.500.000 – 5.500.000 Rat-rata
5.000.000
Sel darah putih 6.000 – 10.000 Rata-rata
8.000
Granulosit
|
Rata-Rata
|
|
|
Persen
|
Persen
|
Ssel netrofil
Sel eosinofil
Sel basofil
Limfosit (besar dan kecil)
Monosit
|
60 – 70
1 – 4
½ - 2
20 – 30
4 – 8
|
66
3
1
25
5
|
|
Jumlah 100
|
Trombosit 250.000
– 500.000 Rata-rata 350.000
Plasma darah
adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali.
Fungsi plasma,
plasma bekerja sebagai medium (perantara) untuk penyalurkan makanan, meneral,
lemak, glukose dan asam amino kejaringan, juga merupakan medium untuk
mengangkat bahan buangan uream, asam urat dan sebagian dan learbon dioksida.
Protein plasma
albumin dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 q albumin dalam setiap 100 ml
darah. Fungsinya ada tiga :
a. Bertanggung jawab atas tekanan osmotik
yang mempertahankan volume darah.
b. Banyak zat khususnya beredar dalam
gabungan dengan albumin.
c. Menyediakan protein untuk jaringan.
Globulin dalam
keadaan normal ada 2 – 3 q glubulin dalam setiap 100ml darah.
Fibrinogen penting
untuk koagulasi (penggumpalan) darah. Reaksi plasma darah, darah selalu
bersifat alkalik, kadar alkalinya tergantung dari konsentrasi ion – hidrogen
dan ini dinyakatan dengan PH darah.
PH sebesar 7 berarti larutan netral
PH dari 7 sampai 1 larutan asam
PH dari 7 sampai 14 larutan alkali
Akan terlihat
bahwa PH 7 adalah natural netral PH datah adalah 7.35 – 7.45.
Proses penggumpalan dapat dinyatakan dalam
rumus:
Protombin +
kalsium + trombokinase =
Trombin
Tronabin +
Fibrinagen =
Fibrin
Fibrin + sel darah
=
Penggumpalan
Trombus adalah
penggumpalan yang terbentuk dalam sirkulasi darah. Bila penggumpalan ini
melewati jantung dan masuk paru-paru melalui salah satu arteri pulmonaris, maka
sebuah pembuluh kecil atau besar dapat tersumba dan terjadilah emboli
paru-paru.
3.
Fisiologi
Penularan
virus-virus dengue, virus berkembang didalam nyamuk selama 8 – 10 hari sebelum
ditularkannya ke manusia.
4.
Etiologi
Virus dengue
merupakan bagian dari famili flaviviridae. Keempat serotipe virus dengue
disebut DEN I – DEN 2, dapat dibedakan dengan metode serologi. Virus-virus
dengue menunjukkan banyak karakteristik yang sama dengan flavivirus lain,
mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh nukleokapsid
ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid. Virionnya mempunyai diameter
kira-kira 50 nm.
Genom flavivirus
mempunyai panjang kira-kira 11 kb (kilobases), dan urutan genom lengkap dikenal
untuk mengisolasi keempat serotipe, mengkode nukleokapsip atau protein inti
(C), protein yangberkaitan dengan membran (M), dan protein membungkus (E) dan
tujuh gen protein nonstruktural (NS). Urutan dari pengkodean protein adalah 5
–C – Pr M (M) – E - NS I – NS 2 A - NS2B - NS3 - NS4A - NS4B – Ns5 – 3.
Vektor :
Ae Aegypti adalah
spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan dibumi, bisanya antara garis
lintang 35 U dan 35C, kira-kira berhubungan dengan musim dingin isoterm 10 C.
Distribusi Ae Aegypti dibatasi oleh ketinggian 1000 m te;ah dilaparkan
ketinggian 1221 m di India pada 2200 m dikombia, dimana suhu rerata 17 C. Pada
ketinggian 2400 dieritrea.
5.
Patofisiologi
Fenomena patologis
yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra sluler.
Hal pertama yang setelah
virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah veremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi
tenggorokan dan hal lain yang memungkinkan terjadi seperti, pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (hepotomegoli) dan pembesaran limpa
(splenomegali).
Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volum plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan 9syok).
Hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hemotokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada
penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk
mengetahui berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru gagal jantung sebaliknya
jaika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan mengalami renjatan. Jika
renjakan atau hipolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi
penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh,
sperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya
membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau
parasentral lobulus hati.
6.
Penatalaksanaan DHF
Penderita DHF
memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau kematian jika
terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di rumah sakit
(terutama pendeita DHF derajat II, III, IV). Penderita sebaiknya dipisahkan
dari pasien penyakit lain dan di ruang yang bebas nyamuk (berkelambu).
Penatalaksanaan penderita dengan DHF
adalah sebagi berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet makan 1 anak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter / 24 jam) dapat
berupa susu, teh manis, sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan intravena (biasanya
ringer laktat, NACl faali) ringer laktat merupakan cairan intravena yang paling
sering digunakan, mengandung Na+ 130 mEg/liter dan Ca++ 2 mEg/liter,
e. Monitor tanda-tanda vital tipa 3 jam
(suhu, nadi, tensi, pernapasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat
tiap jam.
f. Periksa Hb, Ht dab trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari
golongan asetaminofen, eukinin atau dipron (kolaborasi dengan dokter) juga
pemberian kompres dingin.
h. Monitor tanda-tanda pendarahan lebih
lanjut.
i.
Pemberian
antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter).
j.
Monitor
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k. Bila timbul kejang dapat diberikan
deazepam (kolaborasi dengan dokter).
Pada
penatalaksanaan penderita dengan DHF diperlukan tindakan-tindakan perawatan
invasif seperti pemasangan infus, pengambilan darah vena dan arteri, kompres
dingin, uji turniket dan pemasangan NGT jika perlu.
a. Pemasangan Infus
Tujuan untuk pemberian cairan
melalui intravena. Daerah pemsangan infus adalah vena sefalika, vena mediana
kubit, vena mediana antebrakial, vena adialis.
Bilavena mengalami trombosis
maka akan menyebabkan aliran infus tak lancar atau bahkan terhenti. Tindakan
yang dilakukan adalah melakukan kompres dengan alkohol pada bagian plebitis
dengan terlebih dahulu mengkaji apakah pasien memiliki alergi pada aklkohol
atau tidak, perhatikan tetesan cairan yang masuk bila aliran terhenti segera
hentikan pemberian cairan intravena.
b. Kompres Dingin
Tujuan melakukan kompres
dingin adalah untuk mengatasi hipertensi (menurunkan suhu tubuh).
c. Pengambilan Darah Vena
Tujuan adalah untuk
pemeriksaan kimia atau hematologi darah.
Hal yang harus diperhatikan saat
pengambilan darah yaitu tekanan daerah tusukan jarum atau tempat pengambilan
darah dengan kapas alkohol untuk menghentikan perdarahan (pasien dengan DHF
mempunyai masa pedarahan yang panjang dan mengalami (trombositopenia).
d. Pengambilan Darah Arteri
Tujuannya adalah untuk
pemeriksaan anlisa gas darah dengan menambahkan heparin ke dalam darah yang
akan diperiksa.
e. Pemasangan NGT
Pemasangan NGT pada pasien DHF
ditujukan untuk mengeluarkan cairan lambusng pada perdarahan saluran
pendcernaan atas.
f. Uji Turniket
Dilakukan untuk mengalami
adanya perdarahan pada dibawah kulit. Hasilnya dikatakan positif jika tampak
adanya petekie atau bintik-bintik merah di bawah kulit.
Uji turniket ini dinyatakan
positif bila 7,84 cm2 didapat lebih dari 20 bintik-bintik (WHO,
1975).
B.
Konsep Dasar Keperawatan
1.
Pengkajian Data Terfukos
a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pengetahuan
Kesehatan
-
Keadaan
lingkungan tempat tinggal serta kebersihan rumah.
-
Keadaan
rumah.
-
Riwayat
demam sebelum dirawat.
b. Pola Nutrisi Metabolik
-
Riwayat
mual, muntah dan hematemesis.
-
Adakah
demam.
-
Kemampuan
mengunyah, menelan.
-
Kemampuan
menghabiskan makanan.
c. Pola Eliminasi
-
Adakah riwayat
diare, hematuri.
-
Adakah riwayat
milena.
-
Konsistensi
dan diare.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
-
Kaji
kemampuan aktivitas yang dapat dilakukan.
-
Badan
terasa lemas, epiteksis.
-
Lemah,
lesu, lelah.
e. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
-
Apakah
ada keluhan, misalnya pusing.
-
Adapah
ada kelauhan diperut.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan DHF antara lain sebagai
berikut :
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
berhubungandengan proses penyakit (viremia).
b. Nyeri berhubungan dengan proses pertologis
penyakit.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi,
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Potensial terjadi perdarahan intrabdominal
berhubungan dengan trombositopenia.
3. Rencana Tindakan
DP I Peningkatan suhu tubuh (bipertermia)
berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Hasil
yang diharapkan :
-
Suhu
tubuh yang normal (36 – 37 ºC)
-
Pasien
bebas dari demam
Rencana
tindakan :
1) Mengkaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2) Mengobservasi tanda-tanda vital ; suhu, nadi,
tensi, pernapasan setiap 3 jam atau lebih sering.
Rasional : Merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3) Memberikan penjelasan pada pasien /
keluarag tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan
menganjurkan pasien / keluarga keoperatif.
Rasional : Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan
pasien di rumah sakit.
4) Mengajurkan pasien untuk banyak minum +
2,5 liter/24 jam dan jelaskan menfaatnya bagi pasien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi denganasupan cairan yang banyak.
5) Memberikan kompres dingin (pada daerah
axilla dan lipat paha).
Rasional : Kompres dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh.
6) Mengajurkan untuk tidak memakai selimut
dan pakaian yang tebal.
Rasional : Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
7) Mencatat asupan dan keluaran.
Rasional : Untuk mengetahui adanya ketidak cairan tubuh.
8) Memberikan terapi cairan intravena dan
obat-obatan sesuai dengan program dokter (masalah kolaborasi).
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh.
Pemberian cairan merupakan wewenang dokter sehingga perawat perlu berkoraborasi
dalam hal ini.
DP II Nyeri
berhubungand engan proses patologis penyakit.
Hasil
yang diharapkan :
-
Rasa
nyaman pasien terpenuhi.
-
Nyeri
berkurang atau hilang.
Rencana
tindakan :
1) Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien
dengan memberi rentang nyeri (0-10), biarkan pasien menentukan tingkat nyeri
yang dialaminya, tetapkan tipr nyeri yang dialami pasien, respons pasien
terhadap nyeri yang dialami.
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
reaksi pasien terhada nyeri (budaya, pendidikan, dan lain-lain).
Rasional : Reaksi pasien terhadp nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai
dengan masalah klien.
3) Memberikan posisi yang nyaman, usahakan
situasi ruangan yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
4) Memberikan obat-obatan analgetik
(kolaborasi dokter).
Rasional : Obat-obatan analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
DP III Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual. Muntah, anoreksia.
Hasil
yang diharapkan :
-
Kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan / dibutuhkan.
Rencana
tindakan :
1) Mengkaji keluhan mual, sakit menelan dan
makan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Memberikan makan yang mudah ditelan
seperti ; bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan karenamudah ditelan.
3) Memberikan makanan dalam porsi kecil dan
frekuasi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah.
4) Menjelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi
pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi
untuk makan meningkat.
5) Memberikan unpanbalik positif saat pasien
mau berusaha menghabiskan makanannya.
Rasional : Memotivasi dan meningkatkan semangat pasien.
6) Mencatat jumlah / porsi makanan yang
dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
7) Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi
dengan dokter).
Rasional : Nutrisi parenteral sangat bermanfaat / dibutuhkan pasien terutama
jika intake per oral sangat kurang. Jenis dan jumlah pemberian nutrisi
perenteral merupakan wewenang dokter.
8) Memberi obat-obat antasida (anti emetik)
sesuai program dokter.
Rasional : Obat antasida (anti emetik) membantu pasien mengurangi rasa mual
dan muntah. Dengan pemberian obat tersebut diharapkan intake nutrisi pasien
meningkat.
9) Mengukurberat badan pasien setiap hari
(bila mungkin).
Rasional : Untuk mengathui status gizi pasien.
DP IV Potensial terjadinya perdarahan
lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Hasil
yang diharapkan :
-
Tidak
terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut (secara klinis).
-
Jumlah
trombosit meningkat.
Rencana
tindakan :
1) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang diserta
dengan tanda-tanda klinis.
Rasional : Penurunan
jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang
pada tehap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan
(nyata) seperti epistaksis pertikie dan lain-lain.
2) Berikan penjelasan tentang pengaruh
trombosit openia pada pasien.
Rasional : Agar pasien / keluarga mengatahui hal-hal yang mungkin terjadi pada
pasien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan karena trombosit
openia.
3) Monitor jumlah trombosit tiap hari.
Rasional : Dengan jumlah trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahi
tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dapat dialami
pasien.
4) Dianjurkan pasien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
5) Berikan penjelasan pada pasien / keluarga untuk
segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut, seperti
hematemesis, melena, epistaxis.
Rasional : Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan
(nyata) akan membantu pasie mendapatkan penanganan sedini mungkin.
6) Jelaskan obat-obat yang diberikan dan
manfaat serta akibatnya bagi pasien.
Rasional : Dengan mengetahui obat-obatan yang diminum dan manfaatnya maka
pasien akan termotivasi untuk mau minum obat sesuai dosis atau jumlah yang
diberikan.
4.
Implemantasi
a. Melaksanakan prosedur keperawatan.
b. Melakukan observasi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan
(penyuluhan kesehatan).
d. Melaksanakan program pengobatan.
5.
Evaluasi
a. Meningkatkan pasien, keluarga dan anggota
tim kesehatan lain.